Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Brutal! 13 Orang Tewas dari Sekolah dan Desa Diserang Helikopter Junta Myanmar

Brutal! 13 Orang Tewas dari Sekolah dan Desa Diserang Helikopter Junta Myanmar Kredit Foto: Reuters/Stringer
Warta Ekonomi, Yangon -

Helikopter junta menyerang sebuah sekolah dan desa di Myanmar utara-tengah. Serangan ini menewaskan sedikitnya 13 orang termasuk tujuh anak.

Serangan dilaporkan terjadi pada Jumat (16/9/2022) di Desa Let Yet Kone di Tabayin atau juga dikenal sebagai Depayin, yang terletak sekitar 110 kilometer barat laut Mandalay.

Baca Juga: Jenderal Kudeta Myanmar bakal Sambangi Rusia, Semakin Lengket Aja!

Administrator sekolah, Mar Mar, mengatakan, dia sedang mencoba untuk membawa siswa ke tempat persembunyian yang aman di ruang kelas lantai dasar ketika dua dari empat helikopter Mi-35 yang terbang di utara desa mulai menyerang. Helikopter itu menembakkan senapan mesin dan senjata yang lebih berat ke sekolah, yang berada di kompleks biara Buddha desa.

Mar Mar bekerja di sekolah itu bersama dengan 20 sukarelawan yang mengajar 240 siswa dari taman kanak-kanak hingga kelas delapan.  Dia telah bersembunyi di desa dengan tiga anaknya sejak melarikan diri untuk menghindari tindakan keras pemerintah, setelah berpartisipasi dalam gerakan pembangkangan sipil terhadap kudeta militer pada tahun lalu.  Dia menggunakan nama samaran Mar Mar untuk melindungi dirinya dan kerabat dari penangkapan oleh militer.

Mar Mar tidak menyangka helikopter yang melintas akan memberondong sekolah dengan tembakan. Dia mengatakan, sebelumnya ada helikopter telah melintas di atas desa dan tidak menyerang.

"Karena para siswa tidak melakukan kesalahan, saya tidak pernah berpikir bahwa mereka akan ditembak secara brutal dengan senapan mesin,” kata Mar Mar kepada The Associated Press melalui telepon pada Senin (19/9/2022).

Mar Mar, para siswa, dan guru dapat berlindung di ruang kelas. Namun satu guru dan seorang siswa berusia 7 tahun telah tertembak di leher dan kepala. Mar Mar harus menggunakan selembar kain yang disobek dari pakaiannya untuk menahan pendarahan.

"Mereka terus menembak ke dalam kompleks dari udara selama satu jam. Mereka tidak berhenti satu menit pun. Yang bisa kami lakukan saat itu hanyalah melantunkan mantra Buddha," kata Mar Mar.

Ketika serangan udara berhenti, sekitar 80 tentara memasuki kompleks biara dan menembak ke gedung-gedung.

Para prajurit kemudian memerintahkan semua orang di kompleks untuk keluar dari gedung.  Mar Mar mengatakan, dia melihat sekitar 30 siswa dengan luka di punggung, paha, wajah, dan bagian tubuh lainnya. Bahkan beberapa siswa kehilangan anggota tubuhnyam

“Anak-anak memberi tahu saya bahwa teman-teman mereka sedang sekarat. Saya juga mendengar seorang siswa berteriak, 'Ini sangat menyakitkan.  Saya tidak tahan lagi.  Tolong bunuh aku.'  Suara ini masih terngiang di telinga saya,” kata Mar Mar.

Mar Mar mengatakan, setidaknya enam siswa tewas di sekolah dan seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang bekerja di sebuah perikanan di desa terdekat juga tewas tertembak. Setidaknya enam orang dewasa juga tewas dalam serangan udara di bagian lain desa. Jasad anak-anak yang tewas dibawa oleh tentara.

Lebih dari 20 orang, termasuk sembilan anak-anak terluka dan tiga guru, juga dibawa oleh tentara.  Dua dari mereka yang ditangkap dituduh sebagai anggota Tentara Pertahanan Rakyat, yang merupakan sayap bersenjata perlawanan terhadap militer. Aparat keamanan juga membakar sebuah rumah di desa tersebut, sehingga menyebabkan warga mengungsi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: