Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Miliarder AS Ungkap Penyebab Inflasi yang Semakin Buruk: Kami Mencetak Terlalu Banyak Uang

Miliarder AS Ungkap Penyebab Inflasi yang Semakin Buruk: Kami Mencetak Terlalu Banyak Uang Kredit Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Warta Ekonomi, Jakarta -

Miliarder investor Carl Icahn menyebut saat-saat terburuk dari resesi ekonomi masih belum datang. Sebagaimana diketahui, sepanjang 2022, Wall Street telah berulang kali memperingatkan investor bahwa resesi bisa saja terjadi.

Dari CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon hingga mantan pejabat Federal Reserve, para pemikir ekonomi top dunia telah menunjuk secara serempak akan ada badai hambatan yang dihadapi ekonomi global.

Melansir Yahoo Finance di Jakarta, Jumat (23/9/22) konsumen AS tengah bergulat dengan inflasi sementara dunia berjuang untuk mengatasi perang di Ukraina, krisis energi Eropa, kebijakan nol COVID China, dan banyak lagi.

Baca Juga: Miliarder AS Ray Dalio Beberkan Prediksi Ngeri: Ekonomi Amerika Akan Memburuk Dua Tahun Kedepan

Bahkan setelah penurunan lebih dari 21% di S&P 500 tahun ini, para pemikir terbaik Wall Street masih berpikir bahwa saham akan terus jatuh.

"Yang terburuk belum datang," ujar Carl Icahn, ketua Icahn Enterprises yang memiliki kekayaan bersih USD23 miliar (Rp345 triliun).

Icahn membuat namanya dikenal sebagai perampok perusahaan di Wall Street pada 1980-an dengan membeli perusahaan yang tidak dicintai dan secara agresif mengadvokasi perubahan untuk meningkatkan nilai pemegang saham dengan menunjuk anggota dewan, menjual aset, atau memecat karyawan.

Bahkan pada usia 86, Icahn tetap menjadi salah satu pemikir paling dihormati di Wall Street, dan tahun ini dia telah berulang kali memperingatkan ekonomi AS dan pasar saham sedang dalam masalah.

"Kami mencetak terlalu banyak uang, dan hanya berpikir pesta tidak akan pernah berakhir," katanya.

Dampak dari kebijakan moneter longgar The Fed, menurut Icahn, adalah inflasi yang sangat tinggi, yang naik 8,3% dari tahun lalu di bulan Agustus.

“Inflasi adalah hal yang mengerikan. Anda tidak dapat menyembuhkannya,” kata Icahn dengan mencatat bahwa kenaikan inflasi adalah salah satu faktor kunci yang menjatuhkan Kekaisaran Romawi.

Roma terkenal mengalami hiperinflasi setelah serangkaian kaisar menurunkan kandungan perak mata uang mereka, dinar. Situasi kemudian memburuk secara dramatis setelah Kaisar Diocletian menerapkan kontrol harga dan koin baru yang disebut argenteus, yang nilainya setara dengan 50 dinar.

Hasil dari kebijakan kaisar Romawi yang tidak berkelanjutan adalah tingkat inflasi sebesar 15.000% antara tahun 200 dan 300 M, menurut perkiraan beberapa sejarawan.

Icahn mengatakan bahwa inflasi seperti ini sangat mengkhawatirkannya sehingga dia ingin melihat Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 1% penuh pada hari Rabu, daripada kenaikan 75 basis poin yang diumumkan Powell.

Namun terlepas dari ketakutan inflasi, investor miliarder itu telah melindungi portofolionya dengan strategi derivatif untuk membatasi risiko pasar dan meningkatkan keuntungan selama penurunan pasar.

Nilai aset bersih Icahn Enterprises melonjak 30% atau USD1,5 miliar (Rp22,5 triliun) dalam enam bulan pertama tahun 2022.

Menurutnya, masih ada saham-saham yang terlihat menarik di pasar saat ini, namun ia mengingatkan investor untuk tidak terlalu cepat rakus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: