Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KKP Tempatkan Rumput Laut jadi Budi Daya Prioritas

KKP Tempatkan Rumput Laut jadi Budi Daya Prioritas Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan mengoptimalkan pemanfaatan "emas hijau" atau rumput laut dari perairan Indonesia. Secara volume ekspor, Indonesia menempati peringkat pertama eksportir rumput laut dunia.

Di 2021, volume ekspor mencapai lebih dari 225 ribu ton atau lebih dari 30% terhadap total volume ekspor rumput laut dunia. Namun secara nilai, Indonesia menempati urutan kedua setelah Tiongkok, dengan nilai mencapai US$345 Juta atau setara dengan Rp5 triliun.

“Tercatat 196 negara di dunia menjadi pengimpor komoditas ini. Tentu ini menunjukkan betapa pentingnya produk rumput laut dalam perdagangan internasional," ujar Plt Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Ishartini, kemarin.

Dikatakannya, masyarakat juga mulai mengembangkan produk turunan rumput laut seperti manisan, agar-agar, dodol, mie, minuman, stik sebagai produk pangan. Industri rumput laut juga mulai mengembangkan inovasi rumput laut dengan pemanfaatan di berbagai bidang seperti food, health, pharmaceuticals, sustainable materials, cosmetics, biostimulant, dan fertilizer.

Selain itu, penggunaan produk turunan rumput laut juga dikembangkan sebagai hydrocolloid seperti karaginan, agar, dan alginate. Kemudian juga umum digunakan untuk bahan pembantu dalam pembuatan berbagai produk industri baik pangan seperti es krim, roti, susu, sosis, edible film pada buah-buahan, minuman instan, maupun nonpangan seperti cat, tekstil, farmasi, dan kosmetik.

"Sejalan dengan ini, KKP di bawah arahan Bapak Menteri Trenggono juga telah memasukkan rumput laut sebagai komoditas budidaya prioritas," tutur Ishartini.

Baca Juga: Permintaan Tinggi, Prospek Bisnis Jamur Menggiurkan

Ia menegaskan integrasi hulu-hilir menjadi kunci optimalisasi pengembangan rumput laut Indonesia. Terlebih saat ini, masih terdapat perbedaan antara data produksi rumput laut di bagian hulu dengan kebutuhan bahan baku di industri hilir, sehingga perlu dilakukan perbaikan kualitas pendataan disemua lini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Bagikan Artikel: