Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Minyak Nabati Apa Sih yang Paling Rendah Menghasilkan Residu?

Minyak Nabati Apa Sih yang Paling Rendah Menghasilkan Residu? Pekerja menurunkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari atas mobil di Desa Lemo - Lemo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Sabtu (2/7/2022). Harga TBS kelapa sawit tingkat pengepul sejak sebulan terakhir mengalami penurunan harga dari Rp2.280 per kilogram menjadi Rp800 per kilogram disebabkan banyaknya produksi. | Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perbedaan tingkat produktivitas dan teknologi produksi untuk menghasilkan tiga minyak nabati utama dunia, yakni minyak sawit, minyak kedelai, dan minyak rapeseed berimplikasi pada perbedaan jumlah residu pupuk dan pestisida yang dihasilkan. Residu tersebut dapat mencemari atau menjadi polutan bagi tanah dan air.

Studi PASPI dalam laman Palm Oil Indonesia menemukan bahwa dengan indikator konsentrasi residu pupuk dan pestisida untuk setiap ton minyak yang dihasilkan menunjukkan bahwa minyak sawit adalah minyak nabati paling rendah dalam menghasilkan residu dari penggunaan pupuk dan pestisida dibandingkan minyak rapeseed dan minyak kedelai. Hal ini juga berarti bahwa polusi air/tanah yang dihasilkan dalam produksi minyak sawit juga lebih rendah dibandingkan dengan minyak rapeseed dan minyak kedelai.

Baca Juga: Turut Bawa Sawit, Misi Dagang Indonesia ke Qatar Bukukan Potensi Transaksi Segini

"Dengan penggunaan lahan yang lebih rendah/efisien dan polusi air/tanah yang dihasilkan lebih sedikit menunjukkan bahwa emisi yang dihasilkan pada proses produksi minyak sawit lebih rendah dibandingkan minyak nabati lainnya," catat laman Palm Oil Indonesia, dikutip Rabu (12/10).

Senada dengan hal tersebut, studi terbaru di tingkat global yang dilakukan oleh Beyer pada tahun 2020 dan 2021 mengungkapkan bahwa kebun sawit dunia adalah penghasil minyak nabati paling rendah emisinya dibandingkan dengan sumber minyak nabati lainnya.

Tidak hanya itu, kemampuan industri perkebunan sawit juga berkontribusi terhadap penurunan emisi yang diperkirakan makin besar seiring dengan perbaikan tata kelola perkebunan sawit. Tata kelola yang dimaksud dengan mengimplementasikan Good Agricultural Practices (GAP) efisiensi penggunaan input kimia (pupuk dan pestisida) dan penggunaan teknologi methane capture untuk menangkap emisi gas rumah kaca (GRK) dari POME sekaligus juga menghasilkan renewable energy berupa biogas/biolistrik sebagai sumber energi pada kebun dan PKS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: