Digitalisasi membawa tantangan baru pada mengaburnya wawasan kebangsaan masyarakat. Selain itu, menipisnya kesopanan dan kesopanan membuat individu seakan lupa bahwa meski secara online, komunikasi yang terjadi tetaplah dengan manusia bukan sekadar dengan teks, audio, maupun video.
"Menghilangnya budaya Indonesia di dunia digital karena media digital menjadi panggung budaya asing. Kita lupa bahwa budaya kita sebenarnya kaya dan patut dieksplorasi," ujar ujar CEO Satmaka Rahaja, M Ilham Faris, saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada Senin (10/10/2022), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Baca Juga: Penguasaan Keterampilan Umum Industri Masa Depan di Era Digital
Kemudian, minimnya pemahaman hak-hak digital dan kebebasan berekspresi yang kebablasan dengan eranya media sosial. Ditambah budaya toleransi yang makin berkurang, di mana nilai-nilai luhur menghargai perbedaan seharusnya sudah mengakar. Makin banyak berbagi, dengan adanya media sosial tampak tak ada lagi batas-batas privasi.
Sementara itu, Ilham menyebut bahwa jati diri dalam ruang budaya digital sebenarnya tidak berbeda dengan budaya nondigital. Dengan adanya digitalisasi seharusnya kebudayaan dan nilai luhur yang diajarkan para pendiri bangsa tetap dilestarikan. Namun, memang nyatanya budaya bisa juga punah jika masyarakatnya kurang peduli dengan budaya tersebut.
"Itulah sebabnya budaya kita harus mulai naik di sosial media agar orang punya kesadaran akan budaya-budaya kita," cetusnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum