"Langkah yang sudah dilakukan adalah penambahan pengeboran sumur secara masif di sekitar lapangan yang sudah ada, serta melakukan kegiatan work over dan well services seperti yang dilakukan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)," terang Hageng.
Tenaga Ahli Bidang Energi ini menambahkan, pemerintah saat ini juga menjajaki metode pengeboran sumur dalam mencapai 3.000 feet untuk mencari cadangan minyak yang lebih besar. Metode yang disebut unconventional drilling itu membutuhkan teknologi yang presisi sehingga membutuhkan biaya tiga kali lipat lebih tinggi.
Baca Juga: ESDM Tetapkan Bumi Pratiwi Pemenang Lelang Blok Migas Bawean
"Tujuannya untuk mendapatkan sumber cadangan yang masif," ungkapnya.
Secara paralel, sambung Hageng, pemerintah juga melakukan percepatan investasi baru di sektor migas. Salah satunya adalah investasi blok Masela di Tanimbar, Maluku. Kontrak proyek Kilang Gas Alam Cair (LNG) tersebut sudah ditandatangani sejak 2019 dan saat ini dalam proses pembebasan tanah.
"Bapak Moeldoko beberapa waktu lalu dalam rakor sudah minta agar persoalan pembebasan tanah tetap memperhatikan keadilan masyarakat," tegas Hageng.
Pada kesempatan itu, Hageng juga mengapresiasi KKKS yang sudah berhasil mempertahankan laju produksi hingga kuartal III 2022 dan berkontribusi terhadap produksi minyak nasional. Ia mengakui, untuk meningkatkan laju produksi dibutuhkan investasi yang besar dan insentif tambahan dari pemerintah.
"Kebijakan insentif khusus migas ini akan terus kita (Kantor Staf Presiden) kawal sehingga capaian 1 juta barel dan gas 12 miliar kaki kubik per hari bisa tercapai demi ketahanan energi nasional," pungkas Hageng.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: