Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Centris Ingatkan Pemerintah Waspadai Jebakan Hutang China

Centris Ingatkan Pemerintah Waspadai Jebakan Hutang China Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter

“Pelabuhan Gwadar di Pakistan belum selesai dibangun dari utang China dan selama dua tahun terakhir, pemerintah Pakistan juga belum bisa membayar iuran untuk proyek pembangkit listrik karena bunga hutang China yang terlampau besar,” kata AB Solissa kepada wartawan, Jum’at (14/10/2022).

Begitu juga dengan Bandara internasional di Zambia, lanjut AB Solissa, Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka dan Kota Pelabuhan Kolombo yang dibangundari hutang China namun tidak layak dan tidak memiliki nilai komersial.

“Naasnya, negara-negara yang berhutang  mencoba mengajukan beberapa permintaan untuk restrukturisasi utang yang sayangnya, langsung ditolak China,” tutur AB Solissa.

Di sisi lain, meningkatnya perasaan anti Cina yang mukai dirasakan rakyat dari negara-negara yang berhutang kepada Beijing, seperti warga negara Pakistan, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Tiongkok atas strategi perampasan tanah dan penyediaan lapangan kerja bagi rakyatnya sendiri dengan mengorbankan penduduk lokal, sepeti yang mereka lakukan di negara-negara lainnya.

China saat ini mengancam Pakistan untuk menutup pembangkit listrik mereka kecuali pembayaran dilakukan di muka, dan menuduh pembayaran belum dilakukan untuk listrik yang sudah digunakan oleh rakyat Pakistan.

Selain itu, banyak negara Afrika telah menyuarakan keprihatinan mereka atas pinjaman BRI yang tidak berkelanjutan.  Zambia telah membatalkan pinjaman luar negerinya yang sebagian besar merupakan pinjaman China untuk berhenti memperparah tekanan utangnya.  Artinya 14 proyek di bawah BRI ditarik.

Menurut sebuah studi Observer Research Foundation, kredit Cina mencapai lebih dari seperempat dari total kredit eksternal negara-negara Afrika dengan tekanan utang yang tinggi.  

Total kredit China ke negara-negara di benua Afrika diperkirakan melebihi USD 140 miliar.  Di antara negara-negara penerima utama kredit Cina adalah Angola, Ethiopia, Kenya, Republik Kongo, Zambia dan Kamerun.

“Kebijakan jebakan utang China BRI sering dikritik dimana China menggunakan cara ini untuk menginstalasi objek vital dan pos-pos militernya di negara yang memiliki hutang dengan Tiongkok,” jelas AB Solissa.

Sementara itu, menurut laporan Wall Street Journal, setelah hampir satu dekade menekan bank-bank China untuk bermurah hati memberikan keringangan kredit, Beijing yang saat ini fokus dengan program Belt and Road 2.0 tiba-tiba menjadi terbuka untuk menerima beberapa kerugian kredit dan menegosiasikan kembali utang kepada negara-negara tertentu.

“Kami mensinyalir China tengah mendorong komunitas internasional untuk menyetujui Belt and Road, salah satu jalan untuk ambisi Xi Jinping menguasai dunia,” pungkas AB Solissa.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: