Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Resesi Global?

Apa Itu Resesi Global? Buruh tani membersihkan gabah saat panen di area persawahan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (16/9/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut upah nominal harian buruh tani nasional pada Agustus 2020 naik sebesar 0,12 persen atau Rp55.677 dibanding Juli 2020 sebesar Rp55.613 per hari yang disebabkan indeks konsumsi di pedesaan mengalami deflasi 0,28 persen. | Kredit Foto: Antara/Candra Yanuarsyah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Resesi global adalah resesi atau periode perlambatan ekonomi global bahkan penurunan output ekonomi yang mempengaruhi banyak negara di dunia. Dengan melemahnya daya beli rumah tangga, mayoritas kepala ekonom memperkirakan tingkat kemiskinan di negara-negara berpenghasilan rendah akan meningkat, dibandingkan dengan 60% di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Dana Moneter Internasional mendefinisikan resesi global sebagai penurunan tahunan per kapita nyata PDB Dunia (paritas daya beli tertimbang), didukung oleh penurunan atau memburuknya satu atau lebih dari tujuh indikator makroekonomi global lainnya. Diantaranya; produksi industri, perdagangan , arus modal, konsumsi minyak, tingkat pengangguran, investasi per kapita, dan konsumsi per kapita.

Baca Juga: Apa Itu Social Media Manager?

Bank-bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini dengan tingkat sinkronisitas yang tidak terlihat selama lima dekade terakhir. Bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi, dunia bergerak menuju resesi global pada tahun 2023 beserta serangkaian krisis keuangan di pasar negara berkembang.

Investor mengharapkan bank sentral menaikkan suku bunga kebijakan moneter global hingga hampir 4 persen hingga 2023, ini menjadi peningkatan lebih dari 2 poin persentase di atas rata-rata 2021. Untuk memangkas inflasi global ke tingkat yang konsisten, bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 poin persentase.

Jika disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023 atau kontraksi 0,4 persen dalam istilah per kapita yang akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.

Presiden Grup Bank Dunia David Malpass mengakui bahwa pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi. Kekhawatirannya adalah tren akan bertahan dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di pasar dan ekonomi negara berkembang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: