Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rishi Sunak Itu Antitesis dari Hal-hal yang Digoreng Oleh Politik Kebencian

Rishi Sunak Itu Antitesis dari Hal-hal yang Digoreng Oleh Politik Kebencian Kredit Foto: Reuters/Henry Nicholls

Sunak berhasil mendapatkan minimal 100 suara anggota parlemen Konservatif yang membuatnya mendapatkan tiket mengikuti pemilihan Ketua Partai Konservatif. Kini, dia tinggal mengikuti pemilihan tingkat anggota Partai Konservatif.

Uniknya sebelum mencapai sana, Penny Mordaunt dan Boris Johnson mundur dari pencalonan. Jelas kedua tokoh ini berusaha memberi jalan kepada Sunak untuk memimpin Partai Konservatif.

Baca Juga: Rishi Sunak, Orang Asia Pertama yang Jadi PM Inggris, Pengamat: Semoga Kuatkan Hubungan Inggris-Indonesia

Kedua orang ini juga tak hanya memuluskan jalan Sunak ke Downing Street 10 (kantor Perdana Menteri Inggris), namun juga memuluskan jalan kepada toleransi dan inklusivitas. 

Dalam sistem politik Inggris, sebagaimana demokrasi parlementer lainnya, partai politik pemenang pemilu yang memperoleh kursi mayoritas dalam parlemen otomatis memerintah Inggris. Mereka berhak mengajukan perdana menteri. Dan saat ini yang tengah menguasai parlemen Inggris adalah Partai Konservatif.

Partai Konservatif yang cenderung diasosiasikan sebagai sisi kanan dalam spektrum politik Inggris kerap dianggap tidak seinklusif Partai Buruh, yang selain menjadi kelompok oposisi utama di parlemen saat ini, tapi juga saling mengalahkan dengan Partai Konservatif hampir selama era politik modern Inggris.

Kekalahan Sunak dari Liz Truss pada pemilihan pemimpin Partai Konservatif dalam tingkat anggota partai 4 bulan sebelumnya, sedikit banyak dipengaruhi oleh tingkat inklusivitas pada tingkat anggota partai ini.

Sebaliknya Partai Buruh yang dalam beberapa tahun terakhir menjadi oposisi, dikenal inklusif seperti umumnya partai politik berhaluan kiri di mana pun. Salah satu bukti keinklusifan Partai Buruh adalah saat memajukan Sadiq Khan yang keturunan Pakistan, menjadi Wali Kota London.

Khan kini tengah dalam masa jabatan keduanya sebagai Wali Kota London. Sejak tahun 2000, Wali Kota London dipilih langsung oleh warga kota ini. Akan tetapi sewaktu David Cameron memimpin Partai Konservatif mulai 2005, dia mengubah partai ini menjadi lebih inklusif sehingga menarik pelibatan kaum minoritas.

Bahkan selama menjadi Perdana Menteri dari 2005 sampai 2016, Cameron banyak menunjuk anggota kabinet yang mencerminkan inklusivitas.

Cameron juga pernah memprediksi pada 2012 bahwa perdana menteri pertama Inggris dari keturunan India akan berasal dari Partai Konservatif. Ramalannya terbukti tahun ini.

Meskipun demikian, Sunak bukan perdana menteri pertama Inggris yang berasal dari minoritas karena pada 1868 Inggris pernah memiliki perdana menteri dari kaum minoritas, yakni Benjamin Disraeli.

Tetap saja, kemenangan Sunak membuat mereka yang memajukan inklusivitas menjadi tersemangati, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Sukses Sunak sendiri kian menegaskan Inggris memang telah menjauhkan rasisme dan intoleransi.

Sebaliknya negeri ini membumikan inklusivitas, keberagaman, dan kesetaraan. Tapi ini tak mengherankan karena Inggris secara umum dikenal paling toleran dan paling inklusif dibandingkan dengan kebanyakan negara-negara di Eropa, bahkan saat dunia dirasuki pemikiran-pemikiran rasis seperti sekarang.

Inggris pula salah satu negara yang menyatakan solidaritas kepada gerakan Black Lives Matter menyusul insiden rasial di Amerika Serikat pada 2020 yang sempat memecah belah masyarakat negara adikuasa ini.

Sebuah survei pada 2019 ketika Inggris masih bergabung dengan Uni Eropa, menunjukkan Inggris adalah negara yang paling tidak rasis di antara 12 negara Uni Eropa.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: