Elektabilitas Turun, Salah Satunya karena Pilih Airlangga Hartarto Sebagai Capres: Golkar Harus Cepat Ubah Strategi!
“Golkar yang mulanya tampak mendorong sosok Airlangga, saat ini nampaknya tidak sekuat dulu untuk mendorong sosok ketum ini ke ruang publik. Di luar itu, koalisi, termasuk Golkar, masih berhati-hati menentukan calon,” tegas Puput, Selasa (1/11/2022).
Baca Juga: Muhaimin Iskandar Sebut Prabowo Subianto Capres, Orang Gerindra: Ucapan Itu Doa!
Hal itu membuat Golkar dan KIB lantas kalah dengan partai lain yang bisa menarik popularitas karena solid mendorong nama capres atau setidaknya memiliki nama bakal capres yang konsisten populer di mata publik.
"Misalnya, Ganjar yang lekat dengan PDIP, Anies dengan Nasdem, AHY dengan Demokrat. Hal ini menjadikan Golkar tak lagi jadi pusat perhatian publik, sehingga mempengaruhi popularitas partai," ujar Puput.
Selain itu, Puput menilai ada faktor konteks yang lebih luas yakni seusai Pemilu 2019.
Pertama, Golkar cenderung tidak menunjukkan sikap membersamai kebijakan-kebijakan pro-publik.
Posisinya sebagai bagian dari koalisi pemerintah di satu sisi membuat Golkar menjadi lebih terkontrol dalam merespon persoalan publik dan tidak kritis terhadap kebijakan pemerintah, bahkan termasuk yang kontroversial di kalangan publik.
"Misalnya, pada isu omnibus law, Golkar menjadi salah satu yg paling vokal mendukungnya meski menjadi kontroversi di ruang publik," ujar Aisah Putri yang akrab disapa Puput itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty