Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Elektabilitas Turun, Salah Satunya karena Pilih Airlangga Hartarto Sebagai Capres: Golkar Harus Cepat Ubah Strategi!

Elektabilitas Turun, Salah Satunya karena Pilih Airlangga Hartarto Sebagai Capres: Golkar Harus Cepat Ubah Strategi! Airlangga Hartarto | Kredit Foto: Twitter/Airlangga Hartarto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Elektabilitas Golkar dinilai turun salah satunya karena faksi-faksi internal partai belum solid dalam mengusung Ketum Airlangga Hartarto sebagai Capres 2024. 

Masalah utamanya soal calon presiden yang bakal diusung Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). 

Golkar berhenti pada isu pembentukan koalisi namun sampai saat ini belum menonjolkan calon untuk Pilpres 2024. Padahal, isu ini hampir pasti menjadi perhatian publik saat ini. 

Baca Juga: Heran Cuma Pencapresan Anies yang Diributkan Hasto PDIP, NasDem Kesal: Sekjen Partai Besar Tapi Kelakuannya Kerdil

Sebelumnya, survei SMRC menyatakan dibanding hasil Pemilu 2019, dukungan kepada PDIP melompat naik dari 19,3 persen menjadi 24 persen. Sedangkan Gerindra naik dari 12,6 persen menjadi 13,4 persen.

Partai Golkar menurun dari 12,3 persen menjadi 8,5 persen. Menurut peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Aisah Putri Budiatri, terdapat beberapa hal yang terkait dengan tendensi penurunan popularitas Golkar. 

“Golkar yang mulanya tampak mendorong sosok Airlangga, saat ini nampaknya tidak sekuat dulu untuk mendorong sosok ketum ini ke ruang publik. Di luar itu, koalisi, termasuk Golkar, masih berhati-hati menentukan calon,” tegas Puput, Selasa (1/11/2022). 

Baca Juga: Muhaimin Iskandar Sebut Prabowo Subianto Capres, Orang Gerindra: Ucapan Itu Doa!

Hal itu membuat Golkar dan KIB lantas kalah dengan partai lain yang bisa menarik popularitas karena solid mendorong nama capres atau setidaknya memiliki nama bakal capres yang konsisten populer di mata publik. 

"Misalnya, Ganjar yang lekat dengan PDIP, Anies dengan Nasdem, AHY dengan Demokrat. Hal ini menjadikan Golkar tak lagi jadi pusat perhatian publik, sehingga mempengaruhi popularitas partai," ujar Puput.

Selain itu, Puput menilai ada faktor konteks yang lebih luas yakni seusai Pemilu 2019. 

Baca Juga: Gejolak Internal PDIP Soal Pencapresan Ganjar Pranowo Tak Bisa Disembunyikan, Rocky Gerung Bongkar Penyebabnya: Karena Anies Baswedan Maju!

Pertama, Golkar cenderung tidak menunjukkan sikap membersamai kebijakan-kebijakan pro-publik. 

Posisinya sebagai bagian dari koalisi pemerintah di satu sisi membuat Golkar menjadi lebih terkontrol dalam merespon persoalan publik dan tidak kritis terhadap kebijakan pemerintah, bahkan termasuk yang kontroversial di kalangan publik.

"Misalnya, pada isu omnibus law, Golkar menjadi salah satu yg paling vokal mendukungnya meski menjadi kontroversi di ruang publik," ujar Aisah Putri yang akrab disapa Puput itu. 

Kedua, menurut Puput, sosok elite Golkar yang berada di pemerintah dan parlemen tampak belum berhasil menonjolkan program unggulan mereka yang pro-publik. 

Baca Juga: Masih Atur Strategi, Demokrat Belum Tentukan Capres-Cawapres: Banyak Aspirasi Anies-AHY

"Kebanyakan pemberitaan terkait dengan elite-elite Golkar ada pada respons mereka terhadap kebijakan pemerintah atau terkait koalisi menuju pilpres, tetapi bukan prestasi mereka dalam posisi jabatan publik masing-masing elite. Walaupun mungkin ada, nampak tidak menonjol dan tenggelam dalam diskusi publik," kata Puput.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: