Pemerintah diminta secepatnya mengendalikan lonjakan harga-harga pangan. Sebab, kondisi itu kian membebani daya beli masyarakat. Kenaikan harga pangan akan mengerek inflasi meskipun terjadi deflasi pada Oktober lalu.
Jika tak dikendalikan, inflasi diperkirakan dapat melonjak hingga di kisaran 6–7%. Anggota Komisi XI DPR Ecky Awal Mucharam menyebut harga pangan naik cukup tajam pada akhir Oktober tahun lalu.
Harga beras naik 5%, daging sapi 7,5%, telur 23%, minyak goreng naik 10,7%, cabai rawit 23,3% dan pangan lainnya terpantau naik. "Jika ini tidak terkendali dan tidak diredam, pemulihan ekonomi akan terhambat, inflasi merangkak naik sehingga daya beli turun," kata Kata Ecky di Jakarta, kemarin.
Baca Juga: Harga Bahan Pangan Dorong Deflasi Oktober 2022
Ecky pun menyatakan selain karena kenaikan harga pangan, ancaman inflasi juga berasal dari pelemahan rupiah. Disebabkan setiap pelemahan 1% rupiah akan berkontribusi atas 0,4 basis poin inflasi.
"Jika kita hitung sejak awal tahun rupiah sudah melemah sebanyak 8,87% , pemerintah dan BI seharusnya bekerja lebih keras," Politisi Fraksi PKS tersebut. Karena itu, ia mendesak pemerintah fokus menjelang akhir tahun ini untuk menangani inflasi dan dampak-dampaknya.
"Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) turun dari sebelumnya 124,7 menjadi 117,2, artinya terjadi penurunan signifikan pada keyakinan konsumen, situasi ini tidak baik karena kita akan menghadapi tantangan lebih berat tahun depan terkait ketidakpastian ekonomi global," tutup Anggota Badan Anggaran DPR.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: