Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mewaspadai Ancaman Tawuran Ketegangan Militer Antarnegara Adidaya Jelang KTT G20 di Bali

Oleh: Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik

Mewaspadai Ancaman Tawuran Ketegangan Militer Antarnegara Adidaya Jelang KTT G20 di Bali Bendera negara anggota berkibar di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Indonesia. | Kredit Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Warta Ekonomi, Jakarta -

Puncak perhelatan KTT G20 akan berlangsung pada tanggal 15-16 November 2022 di Bali. Berbagai bentuk persiapan dan keamanan telah dilakukan secara penuh oleh tuan rumah pemerintah Republik Indonesia.

Dari info yang disampaikan, sebanyak 17 negara telah menyatakan kesiapannya untuk hadir pada KTT G20 tesebut. Sementara Rusia dalam hal ini Presiden Vladimir Putin belum menyatakan kesediannya untuk hadir. Begitu pula presiden Amerika Serikat Joe Biden juga belum menyatakan kehadirannya. 

Baca Juga: Agenda Pemersatu Bangsa di G20 Indonesia Dipuji Rusia: Inilah Gagasan yang Ditunggu

Pakar kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat mengatakan, kedua negara adidaya tersebut saat ini memang terlibat konflik langsung di Ukraina. Rusia yang menyerang Ukraina mendapat dukungan NATO di mana motor utamanya adalah AS. Perang di Ukraina sampai hari ini masih terjadi sehingga telah memasuki bulan ke-10.

Sementara itu, lanjutnya, kabar ditempatkannya enam pesawat pengebom B52 berkemampuan nuklir ke sebuah pangkalan militer AS di Australia membuat ketegangan menjelang KTT G20 di Bali semakin meningkat.

"Langkah AS tentunya akan membuat China menjadi marah. Apalagi kini terjadi ketegangan antara Beijing dan Washington terutama di Taiwan," terangnya, melalui pernyataan resmi yang diterima.

Analis memprediksi bahwa langkah AS tersebut merupakan peringatan bagi China di tengah kekhawatiran Beijing akan menyerang Taiwan.

Achmad menilai, kekhawatiran KTT G20 di Indonesia tahun ini adalah tidak tercapainya kesepakatan bersama semua pesera KTT G20. Karena di dunia saat ini terjadi berbagai keteganan di berbagai negara yang melibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung negara negara anggota G20 seperti Amerika Serikat,Saudi Arabia, Inggris, Korea Selatan, Rusia, China dan Turki. 

"Namun selain ancaman tidak tercapainya kesepakatan bersama KTT G20, ancaman serangan cyber KTT G20 tahun ini juga diwarnai bayang bayang ancaman perang militer antar negara peserta G20. Dan yang menjadi kekhawatiran Indonesia akan menjadi battle field-nya," tutur Achmad.

Menurut seorang analis intelejen dan pertahanan belum ada sebelumnya pertemuan KTT G20 yang diiringi mobilisasi militer dan intelejen negara negara peserta KTT seperti di Bali saat ini. Dimana selain AS yang menyiapkan pesawat Pem Bom di Darwin Australia.

Achmad menegaskan, China juga memobilisasi pasukannya di Selatan Jawa. Bisa jadi ini salah satu alasan baik Putin maupun Joe Biden belum ada kepastian untuk hadir ke KTT Bali.

Baca Juga: Taiwan jadi Isu Paling Kuat Dibahas Joe Biden dan Xi Jinping di KTT G20, Begini Prediksinya

Maka untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi terkait ancaman serangan militer antar negara peserta KTT G20, hal yang dapat dilakukan pemerintah Indonesia.

1. Melakukan pendekatan diplomatis dan persuasif terhadap negara-negara adi daya dunia yang terlihat melakukan pergerakan militer agar menahan diri untuk tidak menggunakan tindakan militer selama KTT G20 berlangsung.

2. Meminta, baik PBB maupun ASEAN, untuk sama-sama menjaga kondusifitas kawasan selama event KTT G20 berlangsung.

3. Berbagai unsur keamanan baik Polisi, TNI bahkan BIN harus disiagakan untuk menjaga dan mengantisipasi segala kemungkinan ancaman yang terjadi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: