Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Antisipasi Ancaman Longsor, Mensos Sarankan Penanganan Tradisional Berbasis Kearifan Lokal

Antisipasi Ancaman Longsor, Mensos Sarankan Penanganan Tradisional Berbasis Kearifan Lokal Kredit Foto: Dokumen Pribadi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kearifan lokal bisa menjadi solusi bagi penanganan bencana di daerah. Hal itu juga berlaku untuk mengatasi longsor di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Kesadaran akan pentingnya penguatan-penguatan kearifan lokal disampaikan Menteri Sosial Tri Rismaharini saat mengunjungi lokasi bencana tanah longsor di Kabupaten Gowa, Sabtu (19/11/2022).

Di lokasi bencana, Mensos mengamati dengan seksama kontur tanah di sekeliling titik longsor. Tampak adanya bagian dataran tinggi yang sebagian tanahnya gugur sebagai longsoran.

Baca Juga: Demi Minimalisir Efek Bencana, Kemensos Segera Realisasikan Program Penanganan Kemiskinan Terpadu

"Iya, (setelah melihat bekas longsoran) tadi, saya pikir nahannya harus dari atas ini, dengan menggunakan potongan-potongan bambu. Sebab, kalo di atas tidak ditahan, air itu akan mengalir sangat cepat dari atas ke bawah, kecepatannya bisa tinggi sekali," kata Mensos dalam keterangan persnya, Minggu (20/11/2022)

Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi, Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, dan Wakil Bupati Gowa Abdur Rauf Malaganni. Terkait peran penting kearifan lokal, menjadi perhatian Mensos dalam beberapa kunjungannya ke sejumlah daerah.

Di titik kunjungan Mensos, yakni Desa Lonjoboko, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, merupakan titik longsor terparah dengan sebaran cukup luas. Potensi bahaya semakin terbuka dengan adanya sungai di hulu yang siap mengalirkan air dengan debit tinggi bila hujan lebat.

Bila tidak dicarikan jalan keluar, aliran air dari sungai akan meluncur deras ke bawah, dan berpotensi menggugurkan tanah di sekitarnya ke area jalan raya dan pemukiman warga.

"Nah, ternyata Pak Gubernur dan Pak Wabup tadi juga menyampaikan bahwa di atas ada sungai. Sungai itu bisa kita perdalam ceruknya untuk menahan laju air karena kalo air itu tumpah, dia ke bawah, (laju air) ini semakin kencang, dia akan jadi seperti air terjun," kata Mensos menambahkan.
Baca Juga: Kerja Nyata Percepat Pembangunan Daerah Tertinggal, Kemensos Raih Penghargaan dari Kemendes PDTT
Namun, bila laju air di atas ditahan, maka akan mengurangi risiko bencana. "Sebetulnya, cara ini sangat tradisional dan sudah ada dari dulu, dilakukan oleh nenek moyang kita," kata dia.

Menurutnya, cara sederhana dengan mengangkat kearifan lokal seperti ini justru lebih mampu bertahan lama.

"Kalo kita lakukan dengan kearifan lokal, saya pikir, itu jauh lebih sustainable daripada kalo kita buat proyek-proyek (yang menghabiskan lebih banyak dana)," ucap Risma.

Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman mengatakan, siap mengerahkan petugas untuk melakukan pengecekan secara teknikal di atas dan bagaimana pengerjaan tanggul untuk menahan laju air sungai.

"Masukan Ibu Menteri sangat baik sekali, strategis dan taktis untuk petugas kami di lapangan karena beliau berpengalaman juga melakukan hal-hal pengerjaan semacam ini di wilayah Surabaya," kata orang nomor 1 di Provinsi Sulawesi Selatan ini.

Baca Juga: TNI AL Bersama Kemensos Peringati Hari Pahlawan: Tantangan Indonesia Tak Hanya Berada di Daratan!

Dan paling penting, ia melanjutkan, pihaknya memastikan bahwa memang ada yang ia akan follow up sebagai indikatif solusi dari kedatangan Mensos hari ini. "Untuk kemudian, kita bawa pada ruang desain sesuai kaidah engineering. Lalu, kita aktualisasi nantinya ketika memang itu adalah indikatif yang menjadi solusi untuk dilaksanakan," ucap Andi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: