Mantan Presiden Rusia Ramalkan 'Perkawinan' Amerika-Uni Eropa Berakhir Perceraian Buruk
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan, "perkawinan" antara Amerika Serikat dan Uni Eropa kemungkinan besar akan berakhir dengan perceraian. Penyebabnya adalah "kecurangan ekonomi" yang jelas oleh "laki-laki alfa" yaitu AS.
Pernyataan tersebut dibuat pada hari Senin di tengah laporan media bahwa negara-negara Uni Eropa menjadi semakin marah atas apa yang mereka lihat sebagai oportunisme Amerika di tengah krisis Ukraina.
Baca Juga: Negara-negara Uni Eropa Gagal Capai Kata Sepakat untuk Harga Minyak Rusia, Inilah Penyebabnya
"AS tidak berniat membagi pendapatannya. Sebaliknya, dia mencuri simpanan terakhir dari mitranya yang sudah tua dan mengantongi uangnya tanpa keraguan,” tulis Medvedev, wakil kepala Dewan Keamanan Rusia, di saluran Telegramnya.
Washington semakin membuat kondisi bisnis di dalam negeri menarik bagi perusahaan Eropa dan mendorong negara lain untuk membeli produknya, katanya.
Sementara itu, pasar barang-barang Eropa menyusut, sebagian karena keputusannya untuk memisahkan diri dari Rusia, tambahnya.
“Kamu tidak bisa benar-benar mempercayai pelanggan kaya itu. Persis seperti itu --Eropa tidak dibolehkan!” kata Medvedev.
Uni Eropa dapat "putus dengan pasangannya yang curang dan memulai kehidupan baru yang bebas," tetapi kemungkinan besar mereka tidak memiliki cukup tekad dan "testosteron" untuk itu, tambahnya.
Menanggapi "kebenaran politik", Medvedev mengatakan dia menolak untuk menentukan jenis kelamin karakter dalam metaforanya.
Keretakan yang tumbuh antara para pemimpin UE dan rekan-rekan Amerika mereka telah tercermin dalam pernyataan publik di dalam blok tersebut dan dalam laporan media Barat.
Pekan lalu, Politico menggambarkan kemarahan yang meningkat di UE karena persepsi bahwa Washington mendapat untung dari krisis di antara negara-negara anggota.
Beberapa pejabat senior blok itu jengkel oleh fakta bahwa pemasok energi AS menjual gas alam cair ke negara-negara UE dengan harga empat kali lebih tinggi daripada di dalam negeri, sementara kontraktor militer diuntungkan dengan "menjual lebih banyak senjata" ke Ukraina, kata artikel itu.
Pejabat UE juga menunjuk pada Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS dan dampak insentif keuangan untuk bisnis ramah lingkungan yang diberikannya terhadap perusahaan-perusahaan Eropa yang mencoba bersaing, dan yang merasa sulit untuk mengatasi rekor harga energi yang tinggi pada rumah, tambah Politico.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: