Kota Cilegon menjadi kota pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memiliki pabrik pengelolaan sampah Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) Plant TPSA Bagandung bertempat di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bagendung Cilegon, kemarin.
Pabrik Pengelolaan Sampah BBJP Plant ini dibangun atas kerja sama antara Pemerintah Kota Cilegon dengan PT. PLN Persero. Pabrik itu mendaur ulang 30 ton sampah kota setiap hari kemudian diolah menjadi bahan bakar pendamping batu bara atau co-firing untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya.
Pabrik itu akan dioperasikan langsung oleh BUMD Kota Cilegon. Namun, Pemkot Cilegon baru akan membuat Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Setelah itu tahapan operasi dilanjutkan dengan membangun BUMD dengan harapan dapat memberikan nilai tambah melalui penyerapan tenaga kerja.
Wali Kota Cilegon Helldy Agustian mengatakan dukungan masyarakat menjadi poin penting dalam pembangunan pabrik sampah ini. "Masyarakat sekitar Bagendung sangat mendukung dan menerima dengan baik dengan adanya pabrik sampah ini, dan kami juga telah melibatkan masyarakat sekitar untuk bekerja di pabrik sampah ini," kata Helldy.
Helldy menyampaikan tenaga kerja pabrik sampah ini akan diprioritaskan untuk masyarakat sekitar.
"Saat ini sudah ada 15 masyarakat Bagendung yang telah bekerja di sini dan ke depannya mungkin akan bertambah, kami sangat memprioritaskan masyarakat sekitar untuk bekerja disini, selain itu kami juga telah berkolaborasi dengan pemungut sampah dan lainnya," tutur Helldy.
Direktur Utama PT PLN Persero Darmawan Prasodjo menyatakan BBJP Plant merupakan energi baru terbarukan yang berbeda dengan batu bara. "Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) ini merupakan energi baru terbarukan (EBT) di mana sangat berbeda dengan batu bara, kalau batu bara itu diambil dari perut bumi dan dibakar sehingga dapat menambah emisi Co2 atau gas rumah kaca," ungkap Darmawan.
Kehadiran BBJP Plant ini dapat membantu PLN dalam mendapatkan kepastian pasokan biomassa untuk bahan baku co-firing, sehingga dapat menghemat ongkos produksi karena bisa memproduksi biomassa secara mandiri.
"Program pemanfaatan sampah menjadi energi di Cilegon saat ini menjadi yang terbesar dan ini sangat membantu PLN dalam memperoleh biomassa untuk bahan baku co-firing, kami juga telah menyiapkan pilot plant dengan 5 ton per hari yang berlokasi di Medan dan Balikpapan, di mana totalnya ada 5 lokasi," tutur Darmawan.
"Lebih penting lagi, kami bangga dengan adanya BBJP di Cilegon, ini bahan bakar berbasis pada kekuatan rakyat karena yang bekerja rakyat sekitar sini diberdayakan," lanjut Darmawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: