Bela China di Hadapan Pemimpin Negara Dunia, Miliarder Bloomberg Dikritik Habis-Habisan di Negaranya Sendiri
Kredit Foto: Republika
Padahal, Bloomberg dinominasikan awal tahun ini untuk mengepalai Dewan Inovasi Pertahanan AS, sebuah dewan penasehat yang dibentuk pada tahun 2016 untuk memberikan rekomendasi kepada menteri pertahanan tentang teknologi baru.
"Jadi, kepala komite yang bekerja dengan sponsor di Pentagon untuk memastikan dominasi teknologi dan militer AS berpikir bahwa Xi telah dipilih? Dan dia takut menyinggung Beijing?" kritik yayasan itu.
Bloomberg bahkan tidak takut menegur sekutus AS, hal ini bertentangan dengan sikap hormatnya kepada pejabat China.
"Ini menjadi preseden buruk dan bertentangan dengan upaya AS untuk membangun koalisi multilateral untuk mendorong kembali jangkauan China," lanjut yayasan tersebut.
Yayasan itu turut menyayangkan adanya suara terkemuka di AS tidak hanya takut menyebut China sebagai otokrasi, tetapi juga mengkritik mereka yang melakukannya, hal itu melemahkan tekad dan kepercayaan mitra, membuat pembangunan koalisi menjadi lebih menantang.
Pernyataan Bloomberg turut tidak adil bagi banyak warga China yang trauma dengan kebijakan represif Beijing. Dari kamera pengintai China yang ada di mana-mana dan penguncian COVID-19 yang kejam hingga kamp konsentrasi di Xinjiang, warga China telah menanggung beban terberat dari otokrasi koersif Xi Jinping.
Banyak yang khawatir dengan kembalinya aturan one man-rule setelah Xi membuang norma yang membatasi pemimpin untuk dua masa jabatan.
Hari ini, mahasiswa China di AS dan di tempat lain dengan berani menentang ancaman terhadap keselamatan pribadi mereka dengan berbicara dan memprotes di kampus-kampus untuk mengecam perebutan kekuasaan oleh Xi.
"Mereka pantas mendapatkan dukungan komunitas internasional, bukan meminta maaf atas kekuasaan Partai Komunis dari seorang miliarder Amerika yang istimewa yang tidak tahu bagaimana rasanya hidup di bawah pemerintahan menindas Tuan Xi," gaung yayasan tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: