Ungkit Ucapan Jusuf Kalla, Jokowi Dinilai Cuma Ingin Dengeri Omongan Buzzer: Semakin Marah Malah...
"Jadi ada bengisnya buzzer-buzzer ini, kenapa? Karena setiap kali ada serangan langsung bisa dikonversi jadi uang. Jadi semakin marah semakin galak buzzer itu semakin dompetnya tebal diisi terus oleh majikannya, itu yang merusak demokrasi," tuturnya.
"Akhirnya buzzer memberi opini publik menguasai surveyor segala macem disewa kiri kanan. Jadi memang ini yang merusak demokrasi ini buzzer," sambungnya.
Baca Juga: Lihat Kurikulum Pendidikan, Jokowi Didorong Segera Muat Isu Perubahan Iklim, Apa Alasannya?
Selain itu Rocky menuturkan bahwa mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menyebut keberadaan buzzer semacam kebiadaban dalam politik.
"Semua bicara begitu Jusuf Kalla bahkan pernah sangat kejam mengatakan buzzer ini semacam kebiadaban dalam politik," tutur Rocky.
Sehingga kata Rocky perlu dibedakan antara influencer yang rapi mempromosikan seseorang, sedangkan buzzer menyerang secara brutal. Lanjut Rocky harus dibedakan juga antara kader partai yang paham visi misi tokoh yang didukung, dengan buzzer yang membabi buta.
"Jadi itu kontrasnya pembuzzeran itu adalah hal yang biadap dalam politik karena makan dimana saja lalu menyerang kini kanan dan sering kali tanpa nama. Jadi pengecut juga sebetulnya," papar dia.
Karena itu kata Rocky dengen menjamurnya buzzer, publik akan mengingat buzzer yang dipelihara di era Presiden Jokowi. Pasalnya Rocky menyebut buzzer hanya ada di era Jokowi dan tidak ada di era presiden sebelumnya.
"Selain proyek yang gagal dari Jokowi orang akan ingat bahwa buzzer itu justru berkembang biak di era pak Jokowi dan hanya di era pak Jokowi di era lain nggak ada buzzer," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: