Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Survei LSN: Moeldoko Tembus 5 Besar, Berpotensi Mengancam Hegemoni Capres Papan Atas

Survei LSN: Moeldoko Tembus 5 Besar, Berpotensi Mengancam Hegemoni Capres Papan Atas Kredit Foto: Rahmat Saepulloh

"Praktis tidak ada  ancaman berarti dari tokoh-tokoh papan tengah apalagi papan bawah," katanya.

Pada saat yang sama beberapa tokoh papan tengah dan bawah seperti Ridwan Kamil, Andika Perkasa, Erick Thohir, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurty Yudhoyono (AHY) elektabilitasnya stagnant, bahkan cenderung menurun.

Dengan demikian, KSP Moeldoko nampak paling moncer dan mengalami progres paling signifikan di tengah stagnasi elektabilitas capres-capres papan tengah dan papan bawah. Jika tren pertumbuhan elektabilitas Moeldoko tersebut bisa terus diakselerasi dan ada partai politik yang berani mendeklarasikannya sebagai capres, bukan tak mungkin mantan Panglima TNI di era SBY itu bisa menjadi kuda hitam yang mengejutkan pada Pilpres 2024 nanti.

Gema mengungkapkan perkembangan tingkat elektabilitas capres dalam survei LSN kali ini dapat dibagi dalam tiga kluster. Pertama, kluster capres papan atas yang terdiri dari Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. 

Baca Juga: Jubir Jelaskan Pasal Demo di KUHP Baru yang Mengandung Ancaman Pidana

"Siapa yang terbaik dari ketiga tokoh ini secara metodologi belum bisa ditentukan, mengingat selisih elektabilitas diantara mereka sangat tipis (di bawah margin of error)," ungkapnya.

"Tingkat elektabilitas masing-masing berkisar antara 20% hingga 25% dan terpaut jauh dengan elektabilitas capres-capres di bawahnya," sambungnya.

Selain itu, kata Gema, kluster capres papan tengah yang terdiri dari beberapa tokoh yang memiliki  elektabilitas antara 2% hingga 8%.

Mereka yang termasuk dalam kluster ini adalah  Ridwan Kamil (7,3%), Moeldoko (4,1%), Andika Perkasa (2,7%), Sandiaga Uno (2,5%), AHY (2,4%), dan Erick Thohir (2,0%).

Para capres dalam kluster ini kendati elektabilitasnya sebagai capres belum signifikan namun hampir semuanya dalam penilaian responden layak menjadi calon wakil presiden (cawapres).

Selanjutnya, kluster capres papan bawah yang terdiri dari para tokoh yang tingkat elektabilitasnya tidak pernah melewati angka 2%. Mereka yang termasuk dalam kluster ini adalah Puan Maharani (1,7%), Airlangga Hartarto (0,9%) dan Muhaimin Iskandar (0,4%). Ketiga tokoh ini selain elektabilitasnya sebagai capres rendah, juga tidak dinominasikan publik sebagai cawapres. 

"Setiap capres papan atas apabila dibuat simulasi berpasangan dengan Puan, Airlangga maupun Muhaimin tingkat keterpilihannya menurun," ujarnya.

Dia menyebutkan dari sejumlah nama dalam kluster papan tengah, selain KSP Moeldoko sebenarnya ada nama Ridwan Kamil (RK) yang juga berpotensi menyodok ke papan atas dalam sisa waktu 14 bulan jelang Pilpres 2024. 

"Namun peluang Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil (RK) itu jauh lebih besar apabila menjadi cawapres," ujarnya.

Ketika LSN membuat simulasi pasangan dalam survei kali ini, diposisikan sebagai cawapres siapapun RK meraih elektabilitas tertinggi. RK sendiri nampaknya juga lebih nyaman memposisikan diri sebagai  cawapres kendati elektabilitasnya sebagai capres sebenarnya masih mungkin didongkrak.

Selain perkembangan tingkat elektabilitas capres, survei LSN kali ini juga mengukur tingkat keterpilihan cawapres. Hasilnya, ada empat tokoh yang paling dinominasikan publik sebagai cawapres, yakni Ridwan Kamil (23,8%), Sandiaga Uno (18,7%), AHY (12,4%) dan Moeldoko (10,5%).

Sedangkan,  Erick Thohir yang dalam survei-survei sebelumnya menjadi pilihan publik bersama RK dan Sandiaga, kali ini terlempar dari 4 besar.

"Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa RK jika disimulasikan berpasangan dengan capres manapun (apakah Prabowo, Ganjar atau Anies) meraih elektabilitas tertinggi," ungkapnya.

Sandiaga juga memiliki tingkat keterpilihan tinggi jika dipasangkan dengan Ganjar maupun Prabowo. Sementara itu AHY hanya memiliki elektabilitas yang tinggi jika menjadi cawapresnya Anies. Sedangkan Moeldoko juga punya peluang keterpilihan cukup tinggi jika menjadi cawapresnya Ganjar.

Baca Juga: Bawaslu Sebut Anies Baswedan Tak Etis Soal Safari Politik, PKS Nggak Terima: Dia Belum Resmi Capres!

Kendati demikian, lanjut Gema, sisa waktu 14 bulan jelang pelaksanaan Pemilu 2024 masih sangat mungkin terjadi kejutan munculnya kuda hitam, baik untuk capres maupun cawapres. 

Jelang Februari 2024, Moeldoko dan RK bisa saja menyodok ke papan atas meramaikan persaingan capres, sedangkan untuk posisi cawapres sangat terbuka munculnya nama baru yang tidak pernah mejeng di papan survei, seperti pernah terjadi pada Pilpres 2009 (Boediono) dan Pilpres 2019 (Ma’ruf Amin). 

"Bahkan Jusuf Kalla (JK) pun ketika maju sebagai cawapres pada 2004 dan 2019 juga tidak masuk hitungan dalam rilis survei berbagai lembaga riset mainstream," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: