Merakyat, Putin Kasih Penghargaan buat Penjabat Bekas Wilayah Ukraina sampai Emak-emak
Lebih dari dua lusin orang menerima jasa negara dari Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (20/12/2022). Mereka termasuk penjabat kepala empat bekas wilayah Ukraina yang bergabung dengan Rusia, menyusul referendum musim gugur ini.
Putin menggambarkan orang-orang yang dihormati sebagai "pahlawan, pelopor, pencipta, orang-orang pemberani dan rajin, yang memberikan kontribusi besar bagi pembangunan bangsa, menunjukkan karakter mereka di masa yang sulit, namun penting ini."
Baca Juga: Sanjung Badan Intelijen Rusia, Kremlin Bocorkan Strategi Pamungkas Putin Baru
Di antara mereka yang dipuji atas prestasi dan karakternya adalah beberapa ibu Rusia, seorang kapten kapal tanker gas Arktik, seorang komposer terkemuka, seorang guru, seorang tukang pipa bawah laut, seorang uskup Ortodoks, petugas medis, tentara, aktivis sipil, jurnalis, dan pejabat pemerintah.
Kelompok terakhir termasuk empat penjabat kepala Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, serta Wilayah Kherson dan Zaporozhye: Denis Pushilin, Leonid Pasechnik, Vladimir Saldo, dan Yevgeny Balitsksy. Moskow memasukkan empat bekas provinsi Ukraina ke dalam wilayahnya pada bulan Oktober.
Transisi tersebut mengikuti referendum yang diselenggarakan oleh otoritas lokal tentang apakah akan secara resmi meminta aksesi ke Rusia. Kiev menolak pemungutan suara sebagai "palsu" dan berjanji untuk berjuang sampai merebut kembali wilayah tersebut.
Dalam pidato sambutannya, Putin menyebutkan konflik Ukraina, menekankan bahwa dia menganggap sebagai pahlawan semua pasukan Rusia yang terlibat dalam kampanye tersebut.
“Sejujurnya saya menganggap mereka semua sebagai pahlawan, setiap orang yang memikul tugas yang berat, penting, dan berbahaya ini. Mereka berisiko setiap detik,” tegasnya.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina. Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.
Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.” Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel mengkonfirmasi penilaian ini awal bulan ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: