Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sawit Jadi Kontributor Catatan Positif Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2022

Sawit Jadi Kontributor Catatan Positif Neraca Perdagangan Indonesia Tahun 2022 Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Neraca perdagangan perekonomian Indonesia terpantau mengalami tren positif dengan catatan surplus selama 31 bulan berturut-turut tutup tahun 2022. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kita bulan Desember 2022 yang menunjukkan nilai surplus mencapai US$5,16 miliar. 

Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Bea Cukai, Nirwala Dwi Heryanto, menjelaskan bahwa secara kumulatif pada periode Januari hingga November 2022, surplus neraca perdagangan mencapai angka US$50,59 miliar atau lebih besar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Baca Juga: Wah! Hilirisasi Minyak Sawit Hasilkan Nilai Tambah 4 Kali Lipat

"Fenomena surplus neraca perdagangan ini dipengaruhi salah satunya oleh performa ekspor dan impor bulan November 2022 yang baik. Nilai ekspor pada bulan November 2022 tercatat sebesar US$24,12 miliar atau meningkat 5,6 persen (yoy) dan 28,6 persen (ytd). Sementara, impor pada bulan November 2022 tercatat meningkat sebesar 24,5 persen (ytd) meski mengalami penurunan 1,9 persen (yoy)," kata Nirwala, dilansir dari laman resmi Bea Cukai pada Rabu (4/1/2023). 

Lebih lanjut disampaikan Nirwala, catatan positif tersebut sebagian besar disebabkan pertumbuhan ekspor nonmigas, di antaranya komoditas sawit dan tambang seperti batu bara dan tembaga. 

Nirwala menambahkan, realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga pertengahan Desember 2022 juga mencatatkan hasil yang baik, yaitu mencapai Rp293,08 triliun atau telah memenuhi 98,01 persen terhadap target pada APBN 2022.

Sementara itu, realisasi APBN hingga pertengahan Desember 2022 juga mencatat adanya surplus dengan pertumbuhan pendapatan negara sebesar 36,9 persen (yoy) atau mencapai angka Rp2.479,9 triliun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan upaya pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional (PEN) serta perlindungan kepada masyarakat dalam menghadapi risiko global yang masih tinggi dan berpotensi akan berlanjut hingga 2023.

"Catatan realisasi penerimaan ini menjadi salah satu indikator kinerja APBN yang positif dan terkendali serta mempertajam fungsi APBN sebagai shock absorber dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi," tegas Nirwala.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: