"Inovasi ini adalah mandatori ke badan usaha milik negara, yang dilakukan tak semata-mata agar mampu memberi profit perusahaan dan dividen negara, juga untuk terus menjaga daya saing BUMN," pungkas Staff Khusus Menkominfo 2014-2019 tersebut.
Seperti diketahui, dalam data ekonomi digital yang dirilis Google bekerja sama dengan Temasek, dan Bain & Company dalam laporan bertajuk "e-Conomy SEA 2022" disebutkan, ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$77 miliar pada 2022. Angka ini meningkat 22% dari tahun sebelumnya serta naik 19,8% dari tahun 2020 (sebesar US$44 miliar).
Baca Juga: Bank Dunia Beri Dana US$250 Juta untuk Indonesia Sediakan ID Digital
Kontribusi terbesar berasal dari penjualan kotor barang dan jasa dari sektor e-commerce dengan nilai estimasi US$59 miliar. Kemudian disusul jasa transportasi dan pesan-antar makanan, pemesanan tiket perjalanan, serta media online.
Sementara itu, Data Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) menyebutkan, sepanjang 2022, tekfin dan e-commerce banyak diguyur dana investor pada Januari–Februari karena keduanya memang memiliki potensi pasar terbesar di dalam bisnis digital sekarang ini.
Google, Temasek, dan Bain & Company memproyeksikan ekonomi digital Indonesia akan terus tumbuh dan tetap menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sampai 2030. Namun, ada sejumlah tantangan ekonomi makro yang berpotensi membebani prospek pertumbuhan ini.
Dengan perlambatan ekonomi dan pasar tenaga kerja yang melemah, pengeluaran non-esensial konsumen akan berkurang. Meskipun demikian, ekonomi digital Indonesia masih jadi yang terbesar di Asia Tenggara untuk tahun ini dan puncaknya pada tahun 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Advertisement