Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Alami Penuh Nutrisi, Minyak Sawit Ternyata Bisa Jadi Sumber Vitamin!

Alami Penuh Nutrisi, Minyak Sawit Ternyata Bisa Jadi Sumber Vitamin! Kredit Foto: DBS Vickers
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil penelitian nasional dan internasional telah menemukan bahwa secara alami, minyak sawit mengandung tokoferol, tokotrienol (senyawa vitamin E), karotenoid (pro vitamin A), dan asam lemak esensial tinggi yakni asam lemak linoleat.

Melansir dalam laman Majalah Sawit Indonesia Buku Tinjauan Singkat Karakter Unik Minyak Sawit yang ditulis Prof. Purwiyatno Hariyadi, kandungan tokotrienol minyak sawit lebih tinggi dibandingkan kandungan tokotrienol pada minyak nabati lainnya. Tokotrienol ini tidak ditemukan pada minyak kedelai, minyak kanola, minyak bunga matahari, tetapi ditemukan dalam jumlah rendah pada minyak dedak padi, barley, dan minyak lembaga gandum. 

Baca Juga: Harga Tandan Buah Segar Petani Sawit Naik Menjadi Rp2.697,74 per Kilogram

Kandungan karotenoid vitamin A yang tinggi yakni sekitar 500-700 ppm mengakibatkan CPO hasil pengepresan buah sawit akan berwarna merah kecoklatan. Dalam sumber yang sama dicatatkan, karotenoid dapat berfungsi ganda, baik sebagai antioksidan maupun sebagai sumber vitamin A bagi tubuh. 

Sayangnya, catat sumber tersebut, minyak goreng sawit yang beredar di pasaran telah mengalami proses pemucatan dan deodorisasi sedemikian rupa sehingga kandungan karotenoidnya telah mengalami penurunan secara tajam. Oleh sebab itu, perlu ada upaya dari industri untuk memodifikasi proses yang lebih ramah terhadap karotenoid, sehingga diperoleh minyak dengan kandungan karotenoid yang lebih tinggi. 

Saat ini, pemerintah dan industri tengah melakukan upaya untuk memperkenalkan keunggulan minyak sawit kaya karotenoid yang masih berwarna merah kepada konsumen mengenai. Minyak sawit merah, yaitu minyak sawit yang diproduksi dengan teknik pemurnian khusus sehingga tidak menyebabkan hilangnya karotenoid, tengah dikembangkan di Indonesia karena berpotensi sebagai sumber asupan vitamin A bagi masyarakat. 

Perlu diketahui, CPO yang berwarna merah kecoklatanmasih mengandung beberapa komponen non minyak (asligliserol) seperti asam lemak bebas, air, beberapa unsur logam, dan pengotor lainnya. Hal ini menyebabkan CPO mempunyai bau yang tidak diinginkan dan mempunyai stabilitas sangat rendah.

Baca Juga: Tak Disangka-sangka, Begini Data Konsumsi Minyak Sawit dari Tiga Kawasan/Negara Besar Dunia

Selama ini, untuk menjaga kualitas dan stabilitasnya, dilakukan beberapa proses pemurnian lanjutan, antara lain dengan degumming, netralisasi, dan deodorisasi sehingga menghasilkan minyak yang disebut Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). RBDPO bersifat tidak berbau dan lebih stabil selama penyimpanan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: