Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menimbang Kesempatan Harga Minyak Sawit Pulih Kembali, Ini Kata Analis!

Menimbang Kesempatan Harga Minyak Sawit Pulih Kembali, Ini Kata Analis! Kredit Foto: Austindo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Analis DBS Group Research William Simadiputra mengatakan bahwa harga minyak sawit memiliki ruang untuk pulih setelah turun pada 3QFY2022. Lantaran, harganya yang bersaing dan lebih terjangkau dibandingkan minyak nabati lainnya, serta rendahnya penggunaan kedelai di China sehingga mencegah kelebihan pasokan minyak kedelai.

Dilansir dari The Edge Singapore pada Kamis (12/1), dalam laporannya pada 11 Januari, Simadiputra mengatakan, terbatasnya ruang untuk ekspansi output akan mencegah pengembalian harga yang besar. Di tengah tren pemulihan permintaan, analis percaya bahwa pasokan minyak sawit hanya memiliki sedikit ruang untuk tumbuh dan mencapai puncak panen, dikarenakan jumlah pohon produktif yang lebih sedikit di perkebunan Indonesia dan Malaysia.

Baca Juga: Harga Tandan Buah Segar Petani Sawit Naik Menjadi Rp2.697,74 per Kilogram

“Khususnya di Indonesia, hasil minyak sawit tampaknya sulit untuk ditingkatkan lebih lanjut di tengah terbatasnya program penanaman kembali dan penanaman baru,” katanya.

Kendati demikian, analis RHB Group Research Hoe Lee Leng dan Syahril Hanafiah, dalam sumber yang sama, memperkirakan bahwa kebijakan yang diterapkan di Indonesia akan terus berperan besar dalam arah harga tahun 2023. Para analis mencatat bahwa sejak awal tahun, Indonesia telah menurunkan kuota ekspor domestik menjadi 1:6 dari 1:8 sebagai langkah preventif terhadap potensi kenaikan harga minyak goreng domestik. Permintaan umumnya naik selama Ramadan dan Idul Fitri, yang akan turun pada Maret dan April tahun ini.

Meskipun hal ini seharusnya berdampak positif terhadap harga, para analis memperkirakan, volume ekspor aktual tidak akan terpengaruh secara signifikan. Lantaran, terjadinya musim panen yang rendah pada kuartal pertama tahun ini.

Baca Juga: Tak Disangka-sangka, Begini Data Konsumsi Minyak Sawit dari Tiga Kawasan/Negara Besar Dunia

Indonesia juga telah menunda implementasi mandatori B35 menjadi 1 Februari, dari bulan Januari yang diumumkan sebelumnya. Namun, total alokasi untuk tahun 2023 tetap sebesar 13,15 juta kL atau naik 20% dari tahun 2022 yang sebesar 11 juta kL.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: