Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bandingkan Rasio Utang Terhadap PDB, Demokrat: Jaman SBY Sukses Turun 8 Persen, Eh Jokowi Malah Naik hingga 50 Persen

Bandingkan Rasio Utang Terhadap PDB, Demokrat: Jaman SBY Sukses Turun 8 Persen, Eh Jokowi Malah Naik hingga 50 Persen Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kader Demokrat, Cipta Panca Laksana membandingkan sejumlah data era Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Salah satunya adalah utang pemerintah terhadap Produk domestik bruto (PDB).

Pada tahun 2004, utang pemerintah terhadap PDB yang diwariskan Megawati sebesar 29,7 persen.

Ketika SBY menjabat hingga tahun 2014 di periode terakhir, angka itu turun menjadi 27,4 persen. Berarti ada penurunan 8 persen. Selanjutnya ketika masuk di era Jokowi, data utang tahun 2021 menjadi 41,2 persen atau naik sebesar 50 persen.

Salah satunya adalah utang pemerintah terhadap Produk domestik bruto (PDB).

Pada tahun 2004, utang pemerintah terhadap PDB yang diwariskan Megawati sebesar 29,7 persen. Ketika SBY menjabat hingga tahun 2014 di periode terakhir, angka itu turun menjadi 27,4 persen. Berarti ada penurunan 8 persen.

Selanjutnya ketika masuk di era Jokowi, data utang tahun 2021 menjadi 41,2 persen atau naik sebesar 50 persen.

“Bagaimana dengan utang pemerintah terhadap PDB? Angka bicara era SBY berhasil menurunkan persentase utang era Megawati menjadi 27,4% dari 29,7% atau turun 8%, dan naik lagi era Jokowi menjadi 41,2% atau naik 50%,” ungkap Panca dalam unggahannya, di Twitter, Kamis, (12/1/2023).

Data ini bersumber dari World Bank, Bank Indonesia dan BPS.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, walaupun pertumbuhan ekonomi bisa dijaga di angka 5%, tetapi yang menjadi masalah adalah bayang-bayang tingginya inflasi di angka 5 setengah persen ini di atas standar kewajaran angka inflasi secara nasional yaitu di bawah 3%.

Akibatnya kata putra mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, harga-harga naik seperti BBM dan kebutuhan bahan pokok.

"Semua tentu semakin menghimpit kehidupan wong cilik saudara-saudara kita yang terkategori miskin dan hampir miskin,” ungkapnya dalam konferensi pers.

Di sisi lain kata Mantan perwira militer Indonesia ini, utang luar negeri juga terus menumpuk.

Sedangkan cadangan devisi juga terus tergerus menipis karena harus menahan nilai tukar rupiah yang belakangan ini juga melemah akibat menguatnya dolar Amerika Serikat.

Sementara itu, gelombang PHK secara massal juga terjadi di sana-sini.

Lagi menurut pria kelahiran Bandung ini, semua tentunya mengancam masa depan dan nasib para buruh dan pekerja nasional. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: