Bintang UFC Rusia Tunjuk Hidung Esktremis Swedia Pembakar Al-Qur'an: Dia Teroris Islam
Bintang UFC kelahiran Rusia Khamzat Chimaev mengatakan umat Islam tidak dapat berpaling setelah politik sayap kanan diizinkan untuk secara terbuka membakar salinan Al-Qur'an di tanah air yang diadopsi Chimaev di Swedia.
Pengacara Denmark-Swedia Rasmus Paludan, yang memimpin partai sayap kanan 'Stram Kurs' (Garis Keras) di Denmark, membakar buku itu pada Sabtu (21/1/2023) di dekat Kedutaan Besar Turki di Stockholm.
Baca Juga: Indonesia Merespons Pembakaran Al-Quran Oleh Ekstremis Swedia: Kebebasan Tak Bertanggung Jawab
Seperti dilansir RT, polisi telah mengizinkan Paludan untuk melakukan penodaan kitab suci umat Islam, meskipun ada protes dari pejabat Turki dan kritik dari kalangan elit politik Swedia.
Chimaev (28) mengungkapkan perasaannya dengan jelas dalam sebuah postingan Instagram kepada 4,7 juta pengikutnya pada hari Minggu (22/1/2023).
“Dia teroris bagi kami,” tulis pejuang itu dalam bahasa Swedia, membagikan gambar Paludan yang memegang salinan Al-Qur'an.
“Saya seorang Muslim tetapi tidak pernah menentang agama siapa pun dan tidak pernah melakukan apa yang dia lakukan terhadap agama siapa pun. Mengapa Anda membiarkan dia melakukan Swedia ini? tambah bintang MMA, bersama dengan serangkaian emoji 'jempol ke bawah'," tulisnya.
"Kita semua tidak boleh diam, kamu menyebut kami saudara jadi tunjukkan rasa hormat pada kami," lanjutnya.
Chimaev lahir di Chechnya tetapi pindah ke Swedia di akhir masa remajanya dan bertarung di Allstars Gym di Stockholm.
Sepanjang kebangkitannya di UFC --di mana dia telah memenangkan keenam pertarungannya hingga saat ini-- Chimaev telah mempertahankan kontak dekat dengan tempat kelahirannya di Chechnya dan sering terlihat bersama pemimpin lokal Ramzan Kadyrov dan keluarganya.
Chimaev bukanlah satu-satunya sosok yang dibuat marah oleh tindakan Paludan. Para pengunjuk rasa membakar bendera Swedia di Istanbul pada Sabtu (21/1/2023) malam sebagai tanggapan atas tindakan tokoh sayap kanan itu.
Perselisihan juga terjadi ketika Swedia dan Finlandia mengajukan tawaran untuk bergabung dengan aliansi militer NATO --di mana Turkiye sudah menjadi anggotanya. Anggota NATO harus memberikan persetujuan dengan suara bulat sebelum negara baru diterima ke dalam aliansi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement