Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kunci Menjadi Pemenang Bisnis Di Era Digital, Keamanan Siber yang Terintegrasi Menjadi Hal Utama

Kunci Menjadi Pemenang Bisnis Di Era Digital, Keamanan Siber yang Terintegrasi Menjadi Hal Utama Kredit Foto: Unsplash/Markus Spiske
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seiring perkembangan digitalisasi yang luar biasa cepat, organisasi dituntut untuk secara saksama mempertimbangkan cara mereka dapat menambah manfaat pada susunan teknologi (technology stack) mereka. Di negara dengan pertumbuhan ekonomi cepat seperti Indonesia, hal ini wajib dilakukan dan tidak bisa diremehkan. Baru-baru ini, sumber resmi mengonfirmasi bahwa peretas anonim mengincar badan intelijen, badan usaha milik negara, serta usaha bisnis, untuk kemudian membocorkan data-data mereka.

Menurut Pusat Masyarakat Digital (Center for Digital Society), tantangan yang dihadapi Indonesia mencakup tiga aspek: regulasi, teknologi, dan sumber daya manusia. Kendati sektor swasta berkapasitas terbatas untuk memengaruhi lanskap regulasi nasional, mereka memiliki pengaruh lebih besar terhadap kedua faktor lainnya. Namun, temuan mengkhawatirkan dari Peringkat Kompetisi Digital Global oleh IMDmenunjukkan bahwa Indonesia telah tertinggal di kategori-kategori tersebut pada periode tahun yang dijadikan sampel.

Field Chief Information Security Officer (CISO) Asia Pasifik dan Hong Kong Fortinet, Daniel Kwong, Jika kesenjangan tersebut tidak segera diatasi, terdapat ancaman nyata yang dapat menghambat laju tercapainya sasaran transformasi digital Indonesia. Kunci solusinya adalah memberdayakan tim jaringan dan operasi keamanan dengan wawasan jelas dan konsisten mengenai apa yang terjadi pada keseluruhan arsitektur digital suatu perusahaan.

“Teorinya memang lebih gampang daripada praktiknya, tapi bukan berarti mustahil. Sebagai permulaan, jajaran eksekutif C-level harus mengambil inisiatif dengan menerapkan perangkat keamanan dan API yang memungkinkan sentralisasi pengelolaan, analitik, dan inteligensi ancaman semua dalam satu paket” terang Daniel.

Baca Juga: Kerentanan Siber Bakal Makin Melonjak Seiring dengan Pertumbuhan 5G

Seringkali, tidak adanya konsensus dari eksekutif C-suite mengenai strategi mitigasi utama dapat menyebabkan kurangnya kapasitas organisasi dalam bertahan menghadapi ancaman berkesinambungan. Seperti yang dilaporkan sebanayak 1,6 miliar insiden pada 2021, kegagalan mengatasi rintangan pada strategi dan implementasi keamanan dapat berakibat fatal bagi ketahanan dan daya saing Indonesia. Untuk mengamankan diri dari maraknya ancaman tersebut, pleh karena itu Daniel juga menambahkan pentingnya beralih ke arsitektur jaring keamanan siber (cybersecurity mesh architecture) guna membantu interoperabilitas dan koordinasi antarproduk keamanan, sehingga menghasilkan kebijakan keamanan yang lebih terintegrasi.

Daniel juga menyebutkan pada akhirnya, hal ini akan menguatkan sistem keamanan organisasi dengan melindungi tiap perangkat endpoint, alih-alih berupaya melindungi semua aset dengan hanya satu teknologi.

Lalu bagaimana konsep blok mainan konstruksi dapat mengatasi permasalahan integrasi keamanan siber?

Saat ini usaha bisnis tidak dapat hanya mengandalkan arsitektur terpadu untuk mengendalikan infrastruktur dan penerapan yang terpisah-pisah. Maka dari itu yang benar-benar diperlukan adalah sistem yang memfasilitasi dan mengamankan penerapan teknologi dan layanan baru. Hal ini memerlukan lebih dari solusi sementara yang menghubungkan teknologi keamanan yang terpisah-pisah namun juga diperlukan sentralisasi pengelolaan dan visibilitas

“untuk mengatasinya yaitu melalui platform jaring keamanan siber yang lebih luas, terintegrasi, dan otomatis yang mampu menopang interoperabilitas pada seluruh ekosistem secara keseluruhan, serta mampu beradaptasi secara otomatis dengan perubahan dinamis yang terjadi pada jaringan. Untuk mencapainya, juga diperlukan dan dipastikan bahwa semua bagian dapat menyatu secara kohesif, walaupun dibeli secara terpisah. Bentuk komponen-komponen tersebut dapat beragam, namun harus tetap memiliki antarmuka yang terstandardisasi, hal ini dimaksudkan agar terjadi kesesuaian dengan set lainnya” Daniel menambahkan.

Baca Juga: Sebanyak 62% Eksekutif Perusahaan Akui Miskomunikasi Sebabkan Risiko Keamanan Siber

Solusi tersebut selaras dengan dibangunnya keamanan jaringan usaha. Berbagai jenis modul, antarmuka terstandardisasi, dan rancangan kerangka unik telah berkontribusi kepada popularitas konstruksi jenis blok mainan konstruksi di seluruh dunia selama berpuluh-puluh tahun. Pertama, tidak adanya tipe modul dapat mengakibatkan terbatasnya kapabilitas. Kedua, tidak adanya antarmuka terstandardisasi dapat menyebabkan sulitnya integrasi, dan yang terakhir, tidak adanya rancangan kerangka yang unik akan menambah keruwetan. Ketiga elemen tersebut juga menjadi penopang penting dari konstruksi keamanan jaringan usaha terintegrasi, dan merupakan satu kesatuan.

Untuk memenuhi kebutuhan keamanan mereka, perusahaan Indonesia memerlukan solusi terintegrasi penyedia kapabilitas otomatis untuk mewujudkan arsitektur jaring keamanan siber. Hal ini akan membantu mengurangi keruwetan, melancarkan operasi, dan meningkatkan kemampuan pendeteksian dan tanggapan ancaman, dalam rangka memberdayakan organisasi untuk mempercepat tercapainya hasil transformasi digital secara aman.

Yang penting diutamakan dalam penggunaan konsep blok konstruksi adalah identifikasi kebutuhan dasar, untuk kemudian membangun sistem keamanan yang kokoh dari tingkat paling dasar. Sasaran arsitektur jaring adalah menempatkan keamanan di mana pun diperlukan dengan kebijakan dan automasi yang konsisten, disertai visibilitas mendalam pada keseluruhan cakupan penerapan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: