Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cegah Stunting Pada Anak Dengan Tersedianya Harga Pangan yang Terjangkau

Cegah Stunting Pada Anak Dengan Tersedianya Harga Pangan yang Terjangkau Kredit Foto: Andi Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hasil penelitian dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyebutkan bahwa fluktuasi harga pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prevalensi angka stunting di Indonesia.

“Fluktuasi harga pangan mempengaruhi konsumsi pangan sebagian masyarakat Indonesia, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, menjaga keterjangkauan pangan sangat penting,” jelas Head of Agriculture Research CIPS Aditya Alta di Jakarta, kemarin.

Penelitian terbaru CIPS yang berjudul “Policy Barriers to a Healthier Diet: The Case of Trade and Agriculture” menunjukkan keterjangkauan pangan menentukan status gizi individu.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021 menunjukkan, rata-rata biaya makanan bergizi seimbang di Indonesia adalah Rp22.126 per hari per orang atau Rp663.791 per bulan per orang.

Berdasarkan biaya makan di 90 kota pada tahun 2021, sekitar 68% atau 183,7 juta orang Indonesia tidak mampu membayar jumlah tersebut. Data WFP juga menyebut, harga makanan seperti beras di Indonesia bisa 50–70% lebih mahal dibandingkan harga di negara tetangga.

Food Monitor CIPS juga menyebut harga gula, beras, dan kedelai masing-masing 55,68%, 38,36%, dan 15,94% lebih mahal daripada beberapa harga internasional untuk masing-masing komoditas tersebut sepanjang tahun 2021.

Baca Juga: Sandiaga Targetkan Devisa Sektor Pariwisata Tahun Ini US$5,95 Miliar

Aditya menambahkan, pandemi Covid-19 semakin menambah beban mereka yang berpenghasilan rendah. Berkurang atau hilangnya penghasilan membuat kecukupan gizi pada konsumsi pangan semakin tidak diprioritaskan.

Alhasil, ada kecenderungan memilih pangan dengan kandungan karbohidrat tinggi yang mengenyangkan tetapi minim nilai gizinya. Jumlah orang di dunia yang tidak mampu membeli makanan sehat diperkirakan meningkat sebesar 267,6 juta.

Angka stunting diperkirakan akan meningkat untuk pertama kalinya dalam dua dekade, dengan perkiraan 3,6 juta lebih anak yang kemungkinan akan mengalami stunting.

Sama seperti negara lain, harga pangan di Indonesia naik tajam bersamaan dengan hilangnya pekerjaan akibat pandemi Covid-19, yang memengaruhi kemampuan jutaan orang untuk membeli makanan bergizi. Jutaan keluarga di seluruh dunia terpaksa makan makanan yang lebih murah dan kurang bergizi atau melewatkan makan sama sekali.

“Kami merekomendasikan target keterjangkauan pangan harus menjadi bagian dari rencana aksi nasional percepatan penurunan angka stunting Indonesia dan strategi nasional percepatan penurunan stunting,”tegasnya.

Selain itu, CIPS juga mendorong Kementerian Perdagangan untuk dimasukkan dalam rencana meninjau kebijakan dan perangkat perdagangan seperti perizinan dan kuota impor/ekspor termasuk evaluasi mekanisme neraca komoditas dan menghapus hambatan yang tidak perlu.

Sebagai kementerian dan lembaga yang bertanggung jawab atas ketahanan pangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) harus menjadi anggota Tim Nasional Percepatan Penurunan Stunting untuk menyelaraskan kebijakan mereka dengan tujuan penurunan prevalensi stunting.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Advertisement

Bagikan Artikel: