Sejumlah pusat perbelanjaan atau mal memperlihatkan jumlah pengunjung yang makin lama makin sepi. Sebagian menduga sepinya mal disebabkan oleh popularitas e-commerce yang makin masif, sehingga belanja secara online lebih digemari daripada belanja offline.
Menurut laporan konsultan properti Colliers, tingkat okupansi mal di Jakarta pada 2021 turun 5% dibandingkan dengan 2020. Sementara dari 2021 ke 2022, tingkat okupansi mal turun sebesar 2%.
CEO dan Co-founder Corporate Innovation Asia (CIAS) Indrawan Nugroho mengungkap setidaknya terdapat lima alasan mengapa mal makin sepi pengunjung.
Baca Juga: Belajar dari Transmart, Gimana Cara Membuat Bisnis Retail Lebih Bergairah? Simak!
Mal Kurang Bisa Merespons Perubahan Perilaku Pengunjung
Serangan pandemi membuat perilaku pengunjung menjadi bergeser. Idealnya, mal perlu beradaptasi dengan perubahan gaya hidup pengunjung dari waktu ke waktu.
Indra mengutip riset BCA Sekuritas yang menunjukkan bahwa 10 pusat perbelanjaan yang pengunjungnya menyusut adalah mal yang mengusung konsep lama. Di sisi lain, 10 mal yang tumbuh memukau adalah mal yang menerapkan konsep baru.
"Mal harus dapat menjadi hub koneksi sosial, karena hampir tiga tahun manusia di bumi tidak bisa berinteraksi secara bebas dan langsung," kata Indra.
Persaingan Mal Makin Ketat
Mal terus bertumbuh dari tahun ke tahun. Angka pertumbuhan mal tercatat sebesar 3,4% tahun. Di 2023, setidaknya sudah ada enam mal baru yang terdaftar.
Kondisi pertumbuhan itu membuat persaingan mal makin ketat. Meski begitu, pertumbuhan mal juga mengindikasikan bahwa bisnis mal masih diminati.
Mal Lama Kalah Bersaing dengan E-Commerce
Tak dimungkiri, e-commerce memberikan dampak kepada bisnis mal. Mal yang terdampak oleh kehadiran e-commerce umumnya adalah mal ritel lama seperti Hero, Giant, dan sebagainya. Mereka kalah bersaing dengan e-commerce lantaran platform digital ini bisa memberikan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga mal ritel.
Mal Kurang Bisa Merespons Kebutuhan Pengunjung Milenial dan Gen Z
Milenial dan gen Z merupakan pengguna aktif media sosial. Oleh karena itu, penting untuk membuat nuansa mal yang bisa memberikan mereka pengalaman menarik dan menemukan spot instagramable.
Aksesibilitas dan Kemacetan
Lalu lintas adalah masalah yang serius, khususnya bagi warga Jabodetabek. Masalah kecametan bakal membuat mobilitas masyarakat terganggu. Akibatnya, alih-alih mengunjungi mal, masyarakat akan lebih memilih untuk berbelanja secara online.
Kelima poin di atas merupakan alasan mal makin sepi pengunjung. Bila mal makin sepi pengunjung, tentunya akan berdampak pada kinerja industri pusat perbelanjaan dan ritel. Pada akhirnya, akan muncul isu rantai pasok serta penyerapan tenaga kerja.
Oleh karena itu, penting bagi pebisnis mal untuk beradaptasi dan mengubah diri agar bisa bisnisnya bisa bertahan dan berkelanjutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement