Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prof. Raymond Tjandrawinata Jadi Saintis Top 2% Bidang Farmasi dan Kedokteran-Kesehatan

Prof. Raymond Tjandrawinata Jadi Saintis Top 2% Bidang Farmasi dan Kedokteran-Kesehatan Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Farmakolog Molekuler Dexa Group dan Unika Atma Jaya yang merupakan pelopor pengembangan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), Prof. Raymond Tjandrawinata, meraih peringkat papan atas dalam jajaran saintis bidang farmasi serta bidang kedokteran dan kesehatan untuk wilayah Indonesia. Penilaian tersebut diberikan oleh The AD Scientific Index, sistem pemeringkat dan analisis yang berdasar pada kinerja ilmiah hingga nilai tambah produktivitas ilmiah masing-masing saintis.

Prof. Raymond banyak melakukan penelitian hingga uji klinik obat baik di dalam negeri maupun di berbagai belahan dunia. Produk-produk hasil riset Prof. Raymond pun tak hanya dipasarkan di Indonesia, tetapi juga ke mancanegara. Selain mengembangkan OMAI bersama Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) sejak tahun 2005, Prof. Raymond Tjandrawinata juga banyak meneliti obat berbahan kimia. Penelitian tersebut telah diakui dan mendapatkan 64 paten di Indonesia dan mancanegara.

Baca Juga: Cukupi Kebutuhan Dokter dan Tingkatkan Layanan Kesehatan, LaNyalla Dukung Pendirian Fakultas Kedokteran di Jatim 

"Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para sahabat yang telah membantu sehingga saya mencapai ranking sebagai top 2% saintis di Indonesia dengan peringkat nomor 2 di bidang farmasi dan nomor 9 di bidang kedokteran dan kesehatan," ungkap Prof. Raymond yang juga menjabat sebagai Director of Research and Business Development Dexa Group, Selasa, 14 Maret 2023.

The AD Scientific Index mengumumkan deretan saintis terbaik dunia dalam situsnya dan diperbarui setiap tahun. Institusi ini memberi penilaian terhadap lebih dari 1,2 juta saintis di 19.538 universitas pada 216 negara. The AD Scientific Index menulis bahwa Prof. Raymond merupakan saintis terbaik pada jajaran top 2% dari seluruh saintis yang tercatat di Indonesia oleh institusi tersebut.

Prof. Raymond meraih peringkat 2 untuk bidang farmasi sekaligus peringkat 9 pada bidang kedokteran dan kesehatan di Indonesia. Ini berarti hasil karya ilmiah Prof. Raymond banyak dijadikan rujukan para peneliti di bidang kefarmasian, kedokteran, dan kesehatan di Indonesia. Sementara, di tingkat Asia, Prof. Raymond menduduki peringkat top 11% untuk bidang kefarmasian dan bidang kedokteran dan kesehatan dari 398.548 saintis bidang-bidang tersebut.

Guru besar dan peneliti di Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya tersebut telah menjelajahi dunia sains hingga ke negeri Paman Sam. Pada tahun 1991, seorang astronot wanita dari Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bernama Dr. Millie Hughes-Fulford mengajak Prof. Raymond untuk terlibat proyek penelitian Spacelab Life Sciences (SLS 1). Proyek tersebut diterbangkan pesawat ulang alik ke luar angkasa dalam untuk penelitian osteoporosis pada astronot yang berada di gravitasi nol.

Prof. Raymond mengembangkan karier dalam penelitian obat dari bahan sintetik organik sejak ia menimba ilmu hingga tingkat Post Doctoral Fellow di Universitas Kalifornia, San Francisco. Ia bisa disebut sebagai salah satu putra Indonesia yang pertama kali mempelajari ilmu rekayasa genetika di era ’80-an karena pada kurun waktu tersebut, ilmu rekayasa di Amerika Serikat baru berkembang dan di Indonesia belum sepenuhnya didalami.

Akhirnya pada awal 2000-an, Prof. Raymond terpanggil untuk kembali ke Tanah Air dan berkarier di perusahaan farmasi terkemuka, PT Dexa Medica. Ketika itu pendiri PT Dexa Medica, (Alm.) Rudy Soetikno memiliki visi untuk mengembangkan obat-obatan dari kekayaan alam Indonesia. Kemudian di tahun 2005, Prof. Raymond dan para saintis di DLBS mengembangkan OMAI hingga saat ini. OMAI merupakan produk farmasi kebanggaan Indonesia karena memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 80% dan telah diekspor ke 10 negara di 3 benua.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: