Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ngeri, Robert Kiyosaki Ramalkan Bank Raksasa Ini Segera Tumbang Susul SVB

Ngeri, Robert Kiyosaki Ramalkan Bank Raksasa Ini Segera Tumbang Susul SVB Kredit Foto: Getty Images/Bloomberg/Thi My Lien Nguyen
Warta Ekonomi, Washington -

Raksasa perbankan Swiss, Credit Suisse, akan menjadi bank berikutnya yang akan bangkrut menyusul kegagalan sejumlah bank di Amerika Serikat di tengah krisis keuangan yang sedang berlangsung, kata ekonom Robert Kiyosaki, yang meramalkan runtuhnya Lehman Brothers pada 2008.

"Masalahnya adalah pasar obligasi --yang sedang runtuh, dan prediksi saya, saya menyebut Lehman Brothers bertahun-tahun yang lalu, dan saya pikir bank berikutnya yang akan bangkrut adalah Credit Suisse," ujar salah satu penulis buku terlaris 'Rich Dad Poor Dad' ini.

Baca Juga: Miliarder AS Ray Dalio Ungkap Runtuhnya Silicon Valley Bank seperti 'Burung Kenari di Tambang Batu Bara', Apa Maksudnya?

Kiyosaki menjelaskan pada Senin (13/3/2023) bahwa pasar obligasi, yang lebih besar daripada pasar saham, adalah "masalah terbesar ekonomi" dan akan membuat AS berada dalam "masalah serius".

"Dolar AS kehilangan hegemoninya di dunia saat ini. Jadi, mereka akan mencetak lebih banyak dan lebih banyak lagi... mencoba untuk mencegahnya tenggelam," jelasnya, dikutip RT.

Peringatan Kiyosaki ini muncul hanya beberapa jam sebelum Credit Suisse sendiri mengidentifikasi "kelemahan material" karena biaya untuk mengasuransikan obligasi mereka dari gagal bayar mencapai level tertinggi. Bank investasi ini mengakui dalam laporan tahunan yang tertunda pada hari Selasa bahwa mereka belum membendung arus keluar nasabah.

Menurut Credit Suisse, yang telah dilanda serangkaian skandal akhir-akhir ini, arus keluar nasabahnya pada kuartal keempat melonjak menjadi lebih dari 110 miliar franc Swiss (120 miliar dolar AS), menempatkannya pada posisi yang membahayakan penyangga likuiditas.

Pada Senin (13/3/2023), harga saham bank ini menukik lebih dari 14% ke rekor terendah di tengah gejolak pasar yang dipicu oleh runtuhnya perusahaan-perusahaan pemberi pinjaman teknologi di AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: