Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bukan Seperti Krisis Tahun 2008, Pakar Ramalkan Krisis Ekonomi 2023 Bernasib...

Bukan Seperti Krisis Tahun 2008, Pakar Ramalkan Krisis Ekonomi 2023 Bernasib... Kredit Foto: Getty Images/Bloomberg/Thi My Lien Nguyen
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejumlah masalah yang melanda Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat dan Credit Suisse di Eropa diyakini oleh pakar tidak akan berakhir sama seperti krisis keuangan 2008.

Profesor Iain Begg, co-direktur Dahrendorf Forum sekaligus akar politik dan keuangan terkemuka di London School of Economics and Political Science (LSE) menyebut, "Krisis perbankan Eropa memiliki sejumlah penyebab. Salah satunya adalah dampak dari kenaikan suku bunga, yang menyebabkan kesulitan bank-bank yang memiliki kepemilikan obligasi relatif tinggi."

Baca Juga: Sempat Tersandera Sentimen SVB Hingga Credit Suisse, Musim Dividen Buat IHSG Bakal Terangkat

"Saat suku bunga naik, harga obligasi turun. Hubungan terbalik telah memukul SVB dengan sangat keras dan juga mempengaruhi Credit Suisse dan Deutsche Bank di Eropa," kata profesor itu.

Menurutnya, tidak ada peluang nyata dari krisis keuangan besar karena bank-bank di Eropa memiliki permodalan yang jauh lebih baik dan diawasi dengan ketat oleh regulator daripada 15 tahun yang lalu.

Pada awal Maret, SVB, bank terbesar ke-16 di AS, ditutup oleh regulator, menandai kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS. Pemberi pinjaman yang berfokus pada teknologi itu sarat dengan obligasi jangka panjang karena bertaruh pada suku bunga tetap rendah. Namun, Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar 450 basis poin dalam setahun untuk mengatasi lonjakan inflasi.

Sementara, di Eropa, Credit Suisse, bank terbesar kedua di Swiss, diambil alih oleh raksasa perbankan Swiss UBS karena krisis likuiditas dan volatilitas pasar. 

Kemudian pada Maret, harga saham pemberi pinjaman terbesar Jerman Deutsche Bank anjlok karena kekhawatiran tentang kesehatan bank-bank Eropa meningkat.

"Namun, ada perbedaan, yaitu bahwa Deutsche Bank di sebagian besar rekening adalah bank yang dikelola dengan baik," kata Begg.

"Itu telah pulih dari kesulitannya lebih dari 15 tahun yang lalu, sedangkan dengan Credit Suisse kecurigaan adalah bahwa manajemennya buruk, dan itu berkontribusi pada penurunan harga saham dan akhirnya diambil alih oleh UBS," sambung dia.

Terkait perbedaan antara perkembangan di Eropa dan AS, Begg mengatakan krisis perbankan AS sebagian besar disebabkan oleh sejumlah bank lapis kedua, sedangkan di Eropa baik Credit Suisse maupun Deutsche Bank adalah jenis bank yang dapat menggulingkan sistem.

"Itulah alasan otoritas Swiss bertindak cepat untuk menemukan cara menyelesaikan masalah Credit Suisse," kata Begg.

Menyebut kegagalan Credit Suisse sebagai kasus tertentu, Begg mengatakan dia tidak melihat adanya penularan lebih lanjut ke bank lain.

"Mungkin ada kerentanan terhadap kenaikan suku bunga jika terus berlanjut, tetapi bank-bank di Eropa saat ini tidak menghadapi ancaman yang sama dengan jumlah yang tidak diketahui dalam basis aset mereka seperti yang mereka alami selama krisis keuangan global pada tahun 2008," pungkas Begg.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: