Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Melihat Perkiraan Produksi Rata-rata Sawit Indonesia dan Malaysia Tahun Ini

Melihat Perkiraan Produksi Rata-rata Sawit Indonesia dan Malaysia Tahun Ini Foto udara perkebunan kelapa sawit di Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Senin (9/5/2022). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) berharap larangan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan produk-produk turunannya tidak berlangsung lama, karena akan mempengaruhi keseluruhan ekosistem industri sawit nasional. | Kredit Foto: Antara/Budi Candra Setya
Warta Ekonomi, Jakarta -

RHB Investment Bank Bhd (RHB Research) melihat rata-rata pertumbuhan produksi perkebunan kelapa sawit Malaysia sepanjang tahun 2023 ini akan berkisar 4,1% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. 

"Sebagian besar pekebun mengharapkan pemulihan produksi pada tahun 2023 – mulai dari pertengahan satu digit hingga dua digit rendah, didukung oleh tenaga kerja yang lebih baik," catat RHB Research, dilansir dari Theborneopost.

Baca Juga: Dorong Inovasi Sektor Hilir, PTPN III (Persero) Gandeng IPB Bangun Laboratorium Riset Pengolahan Kelapa Sawit Mini

Lebih lanjut, RHB Research mencatat adanya permasalahan kekurangan tenaga kerja di Malaysia diharapkan dapat diselesaikan sepenuhnya pada semester pertama tahun 2023. Sementara, di Indonesia, pihak RHB Research justru mencatat pertumbuhan produksinya mampu mencapai rata-rata 12% jika dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.

Melihat laporan resmi GAPKI, pada kuartal IV di 2022, terdapat sedikit perbedaan -dengan peningkatan 11,4% YoY dan 2,5% QoQ, menjadikan pertumbuhan CPO FY22 menjadi minus 0,1 jika dibandingkan tahun lalu.

"Untuk tahun 2023, pekebun Indonesia mengharapkan hasil produksi naik sedikit," catat RHB Research.

Output Malaysia bulan Februari turun 9,4% secara MoM, sementara ekspor turun 2%, mengakibatkan stok turun menjadi 2,12 juta ton. Output tersebut biasanya meningkat pada bulan Maret setelah 2 bulan produksi yang lemah.

Kendati demikian, kondisi tersebut menjadai berbeda pada tahun ini, lantaran banyaknya negara bagian utama Malaysia, seperti Sabah, Johor, dan Pahang telah mengalami banjir selama beberapa minggu terakhir.

Baca Juga: Jadi Komoditas Strategis, OJK Dorong Peningkatan Pendanaan buat Petani Sawit

RHB Research masih melihat stok minyak sawit Malaysia diperkirakan akan lebih rendah pada akhir Maret 2023, dengan mempertimbangkan permintaan yang sedikit lebih kuat karena Ramadan dan Idulfitri serta dampak dari kebijakan kewajiban pasar domestik Indonesia dan penangguhan kuota ekspor.

"Tetap saja, mengingat waktu yang dibutuhkan negara-negara pengimpor utama untuk menghabiskan stok mereka sebelum mengisi kembali. Kami yakin peningkatan permintaan yang lebih besar kemungkinan akan terjadi pada semester kedua tahun 2023," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: