Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dorong Potensi Ekspor Rotan, Bea Cukai dan LPEI Duet Berdayakan 6.000 Pengrajin di Sukoharjo

Dorong Potensi Ekspor Rotan, Bea Cukai dan LPEI Duet Berdayakan 6.000 Pengrajin di Sukoharjo Kredit Foto: Kemenkeu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama Special Mission Vehicle (SMV) Kemenkeu Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank mendorong potensi hasil kerajinan rotan di Sukoharjo.

Lewat program Desa Devisa, Bea Cukai dan LPEI beserta Indonesia Development Design Center (IDDC) Kementerian Perdagangan, dan pemerintah daerah meluncurkan Desa Trangsan sebagai Desa Devisa Rotan Sukoharjo.

Baca Juga: Mengenal Desa Modern Berbasis Digital di Desa BRILiaN Mijen Kudus

Kepala Seksi PKC V Bea Cukai Surakarta, Agung Setijono, mengungkapkan, Desa Trangsan telah terbukti meningkatkan kontribusinya melalui hasil kerajinan rotan terhadap devisa negara dari tahun ke tahun.

"Desa Trangsan menyumbang devisa lebih dari US$3 juta di tahun 2019, US$5,4 juta di tahun 2020, dan US$5,7 juta di tahun 2021. Program Desa Devisa Rotan Sukoharjo ini dapat menjadi batu loncatan bagi Desa Trangsan untuk meningkatkan kontribusi devisanya secara berkelanjutan," ungkap Agung, dikutip dari keterangan resmi, Kamis (30/3/2023).

Agung menyampaikan, saat ini Desa Trangsan memiliki 220 usaha pengrajin kayu rotan yang aktif memproduksi 150 kontainer kerajinan rotan setiap bulannya. Tak tanggung-tanggung, terdapat total 6.000 pekerja berkontribusi dalam kegiatan produksi setiap harinya dan lebih dari 60% penduduk desa adalah kelompok pengrajin.

Senada dengan Agung, Kepala Kantor Cabang LPEI Surakarta, Irwan Prasetiyawan, menjelaskan bahwa pendampingan ini nantinya akan menyasar setidaknya 30 UKM kerajinan rotan. "Kegiatan (pendampingan) ini mencakup beberapa materi pendampingan terkait perizinan, prosedur dan dokumen ekspor, akses pasar, hingga pengembangan desain produk kerajinan rotan," jelasnya.

Pasalnya, Irwan menambahkan, para pengrajin di Desa Trangsan, Sukoharjo sering kali terkendala berbagai tantangan dalam mengelola desa secara mandiri. "Gejolak usaha masih terus dirasakan bahkan setelah hampir 1 abad berjaya. Apalagi, permintaan yang tinggi membuat para pengrajin kesulitan dalam hal kapasitas produksi dan pengembangan produk," tuturnya.

Hal tersebut dibenarkan oleh salah seorang warga setempat, Ketua Koperasi Trangsan Manunggal Jaya Suparji. Dia menyampaikan, kendala pengrajin rotan selama ini terjebak pada pengembangan inovasi dari desain yang sudah ada.

"Tidak seperti perusahaan besar yang memiliki tim risetnya sendiri, para pengrajin memerlukan 'pengungkit' untuk melahirkan ide segar pengembangan produknya. Terlebih, proses pembuatan kerajinan rotan yang berkualitas butuh perhatian, waktu, dan ketelitian," ungkapnya.

Mada dari itu, Suparji menyebut, pendampingan dari mentor yang bisa mengarahkan tentu diperlukan. Dia juga berujar, pihaknya sangat menyambut baik langkah Bea Cukai dan LPEI dalam membantu meningkatkan kapasitas produksi dan skala usaha pengrajin desa ke pasar global.

"Harapannya program Desa Devisa Rotan Sukoharjo bisa menjadi bahan bakar semangat dan lokomotif untuk menggerakkan UKM pengrajin rotan yang ada di Desa Trangsan, menambah pendapatan, meningkatkan kesejahteraan, dan memajukan penjualan di skala ekspor," tutup Irwan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: