Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Romario Sumargo; Re-Branding LandX akan jadi Langkah Meraih Peluang Lebih Besar

Romario Sumargo; Re-Branding LandX akan jadi Langkah Meraih Peluang Lebih Besar Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

LandX.id, perusahaan equity crowdfunding yang berdiri pada tahun 2019 dan telah memiliki izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK), memantapkan diri untuk melakukan re-branding. Langkah tersebut menjadi strategi perusahaan untuk menjajaki peluang bisnis baru yang lebih besar. 

Romario Sumargo, Chief Operating Office LandX menyebut, bukan tidak mungkin langkah perusahaan yang telah menapakkan kaki dengan kuat di bisnis ini, tak pernah dilirik, atau luput dari kompetitor, bahkan semua pelaku di jagat bisnis tersebut. Bahkan dia meyakini langkah-langkah yang dilakukan yang sudah menjadi sorotan dan fokus sekian banyak kompetitor dan mitra bisnis. 

“Mungkin saja, bahkan di hari-hari ini sudah tersebar sekian banyak rumors, cerita khayal dan hoaks sehubngan dengan rencana kami itu,” ujar Romario Sumargo. 

Hal itu juga berarti tidak tertutupnya kemungkinan telah beredar rumors bahwa industri securities crowdfunding (SCF) tidak lagi seksi dan menarik, sehingga kami—dalam bahasa provokatif-- “keluar” dari bisnis ini. Hal itu bisa jadi pula membuat sebagian investor akan dilanda khawatir bahwa kami, LandX, bermaksud meninggalkan mereka. 

Romario Sumargo, yang juga salah satu pendiri LandX ini menegaskan, LandX tidak meninggalkan bisnis yang tengah mekar berkembang dan membuat mereka mendapatkan keparcayaan dan penghargaan yang tinggi, yang—sejatinya—baru saja mulai mereka nikmati. Menurutnya, dalam usia yang belum lagi “balita”, LandX telah mempertemukan lebih dari 89.652 pemodal dengan 43 perusahaan penerbit atau pelaku usaha, terutama  Usaha Kecil dan Menengah (UKM). 

“Di usia bayi itu, LandX telah mencetak nilai investasi sebesar Rp 235 miliar, yang disalurkan kepada para penerbit saham,” jelas Romario Sumargo. 

Lebih jauh, dikatakan, di usia yang bahkan kebanyakan bila disebut muda itu pun, LandX telah membagikan Rp12,3 miliar sebagai nilai dividen kepada para investor pada kuartal IV 2022. Kami telah memungkinkan masyarakat melakukan seluruh transaksi jual-beli saham di platform LandX secara sangat mudah dan cepat. Itu dimungkinkan karena para investor dapat mengakses seluruh informasi bisnis dan proses yang ada secara detil. Lebih mendasar lagi, mungkinkah LandX keluar dari ceruk bisnis crowfunding, sementara bisnis ini tengah berkembang menjadi bisnis yang menjanjikan di Tanah Air. 

Tengok saja Si Jujur yang tak pernah mengelabui orang pintar: data. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019, Indeks Literasi Keuangan (ILK)  Indonesia tercatat sebesar 38,03 persen, sementara Indeks Inklusi Keuangan (IIK)  tercatat sebesar 76,19 persen. Bolehlah mereka yang nyinyir berkata angka tersebut rendah. Tetapi faktanya, angka itu berkembang dari hasil SNLIK 2016, yang masing-masing mencatatkan ILK sebesar 29,7 persen dan IIK 67,8 persen. 

Angka itu, selain memang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya belum memahami dengan baik karakteristik dari berbagai produk dan jasa keuangan, namun juga menegaskan bahwa minat masyarakat akan produk dan jasa keuangan, tengah menggeliat dan berkembang. Soal pengembangan pengetahuan, literasi keuangan serta pemahaman publik soal produk keuangan, bukankah secara intrinsik merupakan tanggung jawab kita, pelaku, pegiat dan pelaksana bisnis keuangan di Indonesia? 

Memperhatikan angka statistika yang berkembang di industri keuangan Indonesia akan membuat kita lebih optimistis lagi. Tercatat, selama Pandemi COVID-19, jumlah investor di pasar modal Tanah Air justru meningkat signifikan sebesar 65,74 persen. Itu membuat jumlah investor pun berkembang menjadi 6.431.444 investor per September 2021, dari posisi sebelumnya, Desember 2020. Yang menarik, investor dari generasi milenial atau di bawah 30 tahun, jumlahnya kian dominan. 

Dalam catatan CNBC Indonesia, secara demografis kalangan milenial mendominasi jumlah investor, yakni 59,23 persen. Secara keseluruhan kaum milenial ini mendominasi dengan total aset Rp 39,93 triliun. Terbanyak kedua adalah investor di usia 31-40 tahun, dengan persentase 21,54 persen dan akumulasi aset Rp 90,80 triliun. Sementara dari rata-rata penghasilan, paling banyak (52,49 persen) berpenghasilan antara Rp 10 juta sampai dengan Rp 100 juta, dengan aset Rp 151,76 triliun. Ada pula investor berpenghasilan di bawah Rp 10 juta dengan aset Rp 127,67 triliun.

Tentu saja, adakah gading yang tidak retak? Dalam bisnis SCF memang masih ada berbagai hal yang memerlukan penyempurnaan untuk membuat bisnis ini makin aman, prospektif dan potensial ke depan. Misalnya, berdasarkan Investors Roundtable yang sempat kami gelar dengan melibatkan berbagai pihak yang relevan dan kredibel, masih ditemukan berbagai hal yang bisa mengganggu proses pertumbuhan di bisnis ini. 

Yang terutama dikeluhkan peserta Investors Roundtable saat itu, di antaranya masih adanya perusahaan-perusahaan UMKM penerbit yang terkesan bandel, tidak comply dengan aturan dari regulator serta LandX sendiri. Ke depan tentu saja harus ada regulasi yang ketat dan kredibel, sehingga UMKM sejenis itu secara alamiah tersingkirkan. Hal itu perlu, agar jangan sampai ada investor kapok akibat terlalu fokusnya bisnis kepada UMKM yang belum siap, sementara banyak UMKM lain yang justru siap untuk berlari mengejar kemajuan. 

Dari Investors Roundtable itu pun mengemuka berbagai saran positif, misalnya; Perlunya peningkatan perlindungan terhadap investor, yang antara lain bisa diupayakan agar platform SCF bekerja untuk meningkatkan perlindungan investor melalui pengungkapan oleh penerbit, due diligence, dan transparansi yang lebih baik. Perlunya dukungan kepatuhan, antara lain agar platform SCF memberikan lebih banyak perhatian kepada perusahaan yang siap untuk mematuhi peraturan OJK sebelum terdaftar di LandX. Perlunya komunitas SCF, terutama bagi kalangan investor lanjutan. Untuk itu sudah pada tempatnya agar komunitas investor kembali aktif.

Bila ada pertanyaan, dengan angka-angka optimistis yang akan membuat para pelaku industri menjadi optimistis itu, apa yang membuat LandX  memutuskan ‘berpindah’? Dalam kehidupan, begitu pula dalam bisnis, bagi kami ‘bergerak’ adalah hal yang normal saja. Ia proses alamiah, yang dalam banyak sisi bahkan mustahil dibendung atau diberhentikan siapa pun. 

Dalam banyak hal, perusahaan bisnis yang ‘diam’ senantiasa dihubungkan dengan organisasi yang telah tambun laiknya gajah, yang tak lincah lagi merespons perubahan kondisi di luar. Jadi, sangat wajar bila ada penafsiran bahwa dalam bisnis, ‘bergerak’ justru sebuah keniscayaan.    

Sedikit banyak, adanya ketidaksiapan beberapa UKM untuk dibantu berkembang, misalnya karena sumber daya mereka kurang, demikian pula daya upaya serta ‘kesungguhan’ mereka, mungkin memberi peran bagi ‘bergerak’nya kami dari bisnis sebelumnya. Kami juga sempat merasakan bahwa seyogyanya penerbit haruslah berasal dari golongan usaha lain, yaitu usaha yang secara lini bisnis sudah matang, dengan memiliki pasar yang telah teruji, serta pelaporan usaha yang lebih matang. Namun tentu hal itu hanya menyumbang sedikit presentase saja dari raison détre bergeraknya bisnis kami. 

Yang jelas, kami tidak memiliki perilaku greedy. Bergeraknya kami karena adanya harapan untuk menjadi lebih besar dan lebih baik. Kami meyakini, dengan menjadi lebih besar—sementara misi dan visi tetap bisa kami pertahankan—peran kami, baik kepada industri maupun kepada publik yang memberikan kepercayaan kepada kami, akan lebih besar pula. Di situlah kami merasa fungsi kami dalam industry dan pembangunan masyarakat Indonesia akan lebih berharga. Bukankah secara common sense pun kita menyadari bahwa manusia yang paling baik dan terpuji adalah mereka yang bisa memberikan paling banyak arti buat sesamanya?    

Niat dan harapan itu yang membuat kami bergerak, bukan berubah. Dan bagi kami, gerak adalah kemestian dalam hidup. Bukankah falsafah lama pun mengatakan “Panta Rei”, semua mengalir, semua bergerak”?  Alhasil, gerak kami untuk menjadi lebih baik lagi itu, didasari oleh niat baik yang berkembang di dada kami.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: