Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Tegaskan Impor Beras Tak Ganggu Harga Petani

Pemerintah Tegaskan Impor Beras Tak Ganggu Harga Petani Kredit Foto: Antara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengklaim bahwa impor beras yang dilakukan tidak untuk menjatuhkan harga di tingkat petani. Impor beras tersebut dilakukan dengan langkah secara terukur.

"Meskipun dilaksanakan impor, tapi dapat kami jelaskan bahwa harga di tingkat petani masih sangat baik. Jadi ini adalah importasi yang terukur. Tidak membabi buta untuk menjatuhkan,”Kata Arief dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di Jakarta, kemarin.

Arief menjelaskan, hingga Februari 2023, telah masuk sebanyak 492.863 ton beras dari berbagai negara ke Indonesia. Hal itu merupakan bentuk penugasan pemerintah kepada Perum Bulog pada 2022 untuk melaksanakan pemenuhan cadangan beras pemerintah (CBP).

“Yang terakhir masuk itu sampai Februari,”tegasnya. Lebih lanjut Arief menjelaskan bahwa stok beras Bulog per 31 Maret 2023 mencapai 245.223 ton. Dengan 95,29% nya merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP) dan 4,71% lainnya merupakan stok komersial.

Secara rinci, CBP tersebut berasal dari pengadaan dalam negeri dengan jumlah 52.003 ton, lalu hasil diolah kembali (repros) sebanyak 588 ton, dari luar negeri sebanyak 168.078 ton, dan dari pengalihan dalam negeri sebanyak 12.983 ton.

Terkait dengan harga beras yang mahal, Arief menegaskan bahwa produksi beras sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023 masih di bawah kebutuhan konsumsi masyarakat yang menyebabkan terjadinya defisit.

Kemudian, produksi pada Februari 2023 yang diproyeksikan produksi beras mencapai 2,86 juta ton, tetapi terkoreksi 820 ribu ton akibat banjir dan gagal panen di beberapa wilayah.

Baca Juga: Berbekal HPP Baru, Bapanas Minta Bulog Agresif Serap Beras

Ia mengatakan total jumlah produksi pada Januari hingga April 2023 diproyeksikan mencapai 13,37 juta ton dengan total konsumsi 10,15 juta ton yang berarti surplus 3,22 juta ton.

Namun pada Mei 2023 diprediksi kembali terjadi defisit 430 ribu ton karena produksi beras hanya mencapai 2,11 juta ton, sedangkan konsumsi mencapai 2,54 juta ton.

“Kebutuhan kita 2,5 juta sebulan, surplus sampai dengan April hanya 3,22 juta ton. Kemudian di tahun 2022, surplusnya itu hanya setengah bulan 1,34 juta, itu hanya setengah bulan. Itu kenapa harganya tinggi karena surplusnya hanya setengah bulan,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Advertisement

Bagikan Artikel: