Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cara Membangun Super Team untuk Bisnis Kuliner, Pentingnya SDM Berkualitas!

Cara Membangun Super Team untuk Bisnis Kuliner, Pentingnya SDM Berkualitas! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di balik kesuksesan sebuah bisnis pastinya ada super team atau karyawan yang hebat di belakangnya. Semua harus diawali dengan pembentukan tim dan kerja yang merata. Agar tidak ada yang merasa 'bekerja sendirian'.

Seharusnya, pembagian kerja sudah diberikan sejak bisnis masih dalam rintisan tahap awal sesuai dengan visi dan misi yang telah disepakati. Atau jika memang bisnis tersebut dibangun sendiri, membentuk tim pun harus dimulai dari rekrutmen yang ketat. Proses rekrutmen inilah yang akan menentukan kualitas para pekerja.

Setelah itu, menurut Senior Manager of Curriculum Foodizz, Angga Nugraha, proses training juga akan menentukan. Adapun hasil dari karyawan yang ditraining pada dasarnya tergantung pada pemimpin atau trainernya.

Baca Juga: Cara Sukses Melakukan Promosi Bisnis Kuliner, Bukan Sekadar Diskon!

"Kualitas tim tergantung dari kualitas pimpinannya," ujar Angga.

Angga pun mengingatkan pemimpin untuk terus mengingatkan karyawan. Ini karena karyawan yang baru direkrut belum memiliki inisiatif dan motivasi yang tinggi.

Oleh karena itu, training tidak bisa dilakukan hanya sekali. Karena pemimpin yang baik adalah mereka yang bisa membentuk pemimpin baru lainnya.

"Memiliki karyawan atau partner sama halnya seperti orang pacaran atau menikah, harus satu frekuensi dan visi misi," tutur Angga.

Terlebih jika kita ingin memperlebar sayap bisnis, ingin ekspansi atau membuat bisnis lebih besar lagi. Itu berarti kita harus mempersiapkan tim. Ini karena ketika ekspansi, akan muncul masalah-masalah lainnya yang akan lebih mudah tertangani jika memiliki tim yang solid. Paling tidak, buatlah duplikasi pemimpin yang sama di cabang lain agar proses ekspansi berjalan dengan baik dengan kualitas sama baiknya.

Caranya adalah dengan training, baik secara critical atau fundamental dan pendalaman hardskill ataupun softskill. Memang cara ini membutuhkan waktu lama, namun dapat menjadi investasi jangka panjang dalam berbisnis.

Adapun cara kepemimpinan sendiri setiap bisnis pastinya berbeda-beda. Ada yang harus menerapkan gaya demokratis, otoriter atau transaksional (reward and punishment). 

Angga menuturkan, terkadang metode reward and punishment dapat berhasil dan membuat karyawan lebih produktif, tetapi gaya kepemimpinan ini cukup kaku. Namun, cara ini cukup berhasil dengan budaya bisnis di Indonesia, di mana terkadang karyawan beberapa kali lupa soal laporan, target dan lainnya. Dengan demikian, cara reward and punishment membuat mereka lebih tergerak dan terpacu untuk mencapai target.

Selain itu, terkadang gaya kepemimpnan otoriter juga diperlukan untuk budaya bisnis di Indonesia, terutama jika keadaan mendesak. Sehingga, pemimpin memberikan tugas yang wajib diselesaikan oleh pegawai dengan segera (deadline). Karena cara demokratis tidak cocok jika keadaan mendesak sehingga pemimpin harus mengambil sikap tegas.

Kemudian, ada juga gaya kepemimpinan tranformasional, di mana harus diterapkan ketika ada sebuah culture baru yang ingin dibangun. Misalnya, mengajak karyawan fasih berbahasa Inggris dan diberi tenggat waktu hingga tiga bulan. Cara ini akan membuat karyawan berproses dan bertumbuh yang sangat dihargai pemimpinnya.

Oleh karena itu, karyawan atau SDM adalah hal yang paling krusial dalam berbisnis. Ini karena jika terjadi suatu masalah, yang harus dicek adalah apakah bermasalah di karyawannya atau programnya. Itulah mengapa banyak perusahaan yang rela melakukan training karyawan hingga ke luar negeri. Sebesar itulah aset SDM di dalam bisnis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: