Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bentrok Tentara Sudan-Pasukan Paramiliter Pecah Lagi, Rusak Gencatan Senjata 11 Hari

Bentrok Tentara Sudan-Pasukan Paramiliter Pecah Lagi, Rusak Gencatan Senjata 11 Hari Kredit Foto: Reuters/El-Tayeb Siddig
Warta Ekonomi, Khartoum -

Tentara Sudan dan sebuah pasukan paramiliter bertempur di pinggiran kota Khartoum pada Rabu (26/4/2023). Tindakan ini merusak gencatan senjata dalam konflik 11 hari mereka, tetapi tentara menyatakan kesediaan untuk memperpanjang gencatan senjata.

Tentara pada Rabu (26/4/2023) malam mengatakan bahwa pemimpin mereka, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, telah memberikan persetujuan awal atas rencana untuk memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam dan mengirim utusan tentara ke ibukota Sudan Selatan, Juba, untuk melakukan pembicaraan.

Baca Juga: Sebut Wabah Ini, WHO Ketar-ketir Kematian di Sudan Terus Meroket

Angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) sebelumnya menyetujui gencatan senjata selama tiga hari yang akan berakhir pada hari Kamis. Tidak ada tanggapan langsung dari RSF terhadap proposal dari Otoritas Antar Pemerintah untuk Pembangunan (IGAD), sebuah blok regional.

Pihak militer mengatakan bahwa presiden Sudan Selatan, Kenya dan Djibouti telah menyusun sebuah proposal yang mencakup perpanjangan gencatan senjata dan pembicaraan antara kedua pihak.

"Burhan berterima kasih kepada IGAD dan menyatakan persetujuan awal untuk itu," kata pernyataan militer, dilansir Reuters.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat membahas kerja sama untuk menciptakan akhir yang berkelanjutan dari pertempuran, kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.

Beberapa pertempuran terberat pada hari Rabu terjadi di Omdurman, sebuah kota yang berbatasan dengan Khartoum di mana tentara bertempur melawan bala bantuan RSF dari wilayah lain di Sudan, kata seorang wartawan Reuters. Tembakan dan serangan udara yang hebat dapat terdengar hingga malam hari.

Di Khartoum, yang bersama dengan dua kota yang berbatasan merupakan salah satu daerah perkotaan terbesar di Afrika, geng-geng melakukan perampokan dan terjadi penjarahan yang meluas.

Sejak pertempuran meletus pada tanggal 15 April, serangan udara dan artileri telah menewaskan sedikitnya 512 orang, melukai hampir 4.200 orang, menghancurkan rumah sakit, dan membatasi distribusi makanan di negara yang sangat luas ini, di mana sepertiga dari 46 juta penduduknya bergantung pada bantuan kemanusiaan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: