Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hampir Kolaps, Para Dokter di Sudan Minta Tentara dan Paramiliter Segera Hentikan Perang

Hampir Kolaps, Para Dokter di Sudan Minta Tentara dan Paramiliter Segera Hentikan Perang Kredit Foto: Reuters/El-Tayeb Siddig
Warta Ekonomi, Khartoum -

Seorang dokter di sebuah rumah sakit di Ibu Kota Sudan, Khartoum pada Rabu (26/4/2023) menyerukan agar konflik diakhiri karena pasokan medis menipis dan staf kewalahan. Howida Ahmed Mohammed Alhassan membuat pernyataan sambil membuat video di bangsal rumah sakitnya yang penuh pasien.

“Kami menyerukan kepada semua organisasi hak asasi dan kemanusiaan untuk memaksa kedua pihak yang berkonflik menghentikan perang,” kata Alhassan.

Baca Juga: Ketika Angkatan Laut China Turun Tangan Selamatkan Warganya dari Konflik Sudan

Video dari rumah sakit Al Ban Jadeed di lingkungan East Nile menunjukkan orang-orang yang terluka dirawat staf medis. Sementara orang-orang lainnya menunggu di koridor.

Tentara Sudan dan pasukan paramiliter bertempur di pinggiran Khartoum pada Rabu. Mereka tidak mematuhi gencatan senjata dalam konflik yang dapat mengorbankan warga sipil. Serangan udara dan artileri telah menewaskan sedikitnya 512 orang, melukai hampir 4.200 orang, menghancurkan rumah sakit dan distribusi makanan.

Pertempuran antara angkatan bersenjata dan kelompok paramiliter Sudan, Rapid Support Forces (RSF) menyebabkan warga sipil mengalami kekurangan air, makanan, dan perawatan kesehatan. Sejumlah kelompok komunitas masyarakat bermunculan untuk memobilisasi bantuan medis dan memenuhi persediaan kebutuhan dasar.

Perebutan kekuasaan antara militer dan pasukan paramiliter yang sebelumnya memerintah bersama, telah membunuh ratusan warga sipil dan menjerumuskan Sudan ke dalam bencana kemanusiaan.

Sebuah komite protes yang mengorganisir demonstrasi menentang dewan militer yang berkuasa, telah berubah menjadi semacam layanan kesehatan akar rumput.  Di tempat lain, individu telah menggunakan teknologi untuk mencocokkan persediaan makanan, air bersih, dan obat-obatan lokal dengan lingkungan yang membutuhkan.

"Begitu perang dimulai, pada malam yang sama kami berkumpul untuk mulai memikirkan cara menjadi sukarelawan," kata Azza Surketty, bagian dari Komite Perlawanan Maamoura yang dibentuk selama pemberontakan massal pada 2019 dan membantu mengorganisir bantuan di distrik Maamoura di ibu kota selama pandemi Covid-19 dan banjir.

Komite Perlawanan Maamoura memobilisasi tim ahli bedah dan petugas medis lainnya. Mereka juga membuka kembali pusat kesehatan setempat untuk kasus-kasus mendesak dan membuat hotline untuk kasus-kasus yang kurang mendesak. Mereka telah menangani setidaknya 25 kasus medis sejak pertempuran dimulai.

“Dokter membantu kami menangani banyak kasus, termasuk luka tembak. Tapi menjadi sulit ketika kami mengalami banyak pendarahan, yang membutuhkan rumah sakit,” kata Surketty, seraya menambahkan bahwa dua pasien telah meninggal karena kekurangan persediaan obat-obatan yang memadai.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: