Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Program Biodiesel Sawit Dinilai Penting dalam Menopang Harga Minyak Sawit Domestik

Program Biodiesel Sawit Dinilai Penting dalam Menopang Harga Minyak Sawit Domestik Pekerja menyusun tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Desa Berkah, Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi, Rabu (2/11/2022). Pemerintah melanjutkan pembebasan pungutan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) per 1 November 2022 sampai harga referensi CPO lebih besar atau sama dengan 800 dolar AS per metrik ton (MT). | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Program biodiesel dinilai sebagai salah satu upaya penting dalam membantu menopang harga minyak sawit di dalam negeri. Melansir laman InfoSAWIT, produksi minyak sawit global tahun ini diprediksi meningkat 3-5 persen dibandingkan tahun 2022 sehingga pasar akan over supply yang mengakibatkan harganya turun.

Daya beli di kawasan Uni Eropa, India, dan China sebagai pasar utama minyak sawit pada 2022 dan 2023 diperkirakan melemah akibat kombinasi dari resesi dan inflasi tinggi. Penurunan harga minyak sawit pada 2023 juga diperkirakan berada pada level lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Baca Juga: Awali Pekan Kedua Mei 2023 dengan Harga CPO Domestik yang Merangkak Naik

Menurut Direktur Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung, penurunan harga minyak sawit global (termasuk tandan buah segar/TBS) saat ini disebabkan kelebihan pasokan minyak sawit di pasar dunia yang ditandai oleh tingkat stok di negara-negara importir telah mencapai tingkat sebelum pandemi, bahkan lebih. Flash out besar-besaran yang dilakukan Indonesia pada semester kedua 2022 dimanfaatkan negara-negara importir untuk menimbun stok sehingga saat ini sudah penuh.

"Akibatnya, permintaan minyak sawit dunia melemah. Apalagi, harga energi fosil dunia juga sedang tren turun sehingga mengurangi demand CPO dunia untuk bioenergi," kata Tungkot dalam keterangannya, Senin (8/5/2023).

Tungkot menilai, peningkatan blending rate biodiesel dari mandatori B30 menjadi B35 menjadi strategi pengelolaan pasar minyak sawit domestik. Besarnya konsumsi minyak sawit domestik yang dialokasikan untuk menyukseskan kebijakan mandatori B35 telah menurunkan ekspor minyak sawit Indonesia ke pasar dunia sehingga stok minyak sawit di pasar dunia relatif stabil dan dapat menciptakan excess demand.

"Implikasinya adalah peningkatan harga minyak sawit global yang kemudian akan ditransmisikan ke harga TBS petani yang juga akan ikut meningkat," ujar Tungkot.

Strategi ini terbukti berhasil dalam implementasi program mandatori B30 pada 2020 sebagai game changer demand global yang mendongkrak harga minyak sawit dunia yang mencapai 25 persen dibandingkan 2019. "Tren peningkatan harga tersebut terus berlanjut sekitar 36% selama implementasi mandatori B30 periode 2020-2022," kata Tungkot.

Tungkot menjelaskan, harga TBS petani yang mengalami peningkatan mengikuti pergerakan harga minyak sawit dunia. Data Asosisasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menunjukkan, harga TBS petani pasca-implementasi mandatori B30 meningkat menjadi Rp1.800 per kg sampai Rp2.550 per kg atau lebih tinggi dibandingkan tingkat harga pada tahun-tahun sebelumnya yang berkisar Rp700 per kg sampai Rp1.200 per kg.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: