Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bamsoet Ungkap Karakteristik Tiap Presiden Indonesia dari Soekarno Hingga Jokowi: Semua Miliki Satu Keseragaman

Bamsoet Ungkap Karakteristik Tiap Presiden Indonesia dari Soekarno Hingga Jokowi: Semua Miliki Satu Keseragaman Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai seluruh Presiden Indonesia, sejak era Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi), memiliki karakter kuat yang bisa dipelajari oleh perwira siswa pendidikan reguler (Pasis Dikreg) Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) Angkatan ke-61 Tahun 2023. 

Presiden Soekarno, kata dia, merupakan presiden berkharisma dan berwibawa, seorang cendekiawan dan ideolog, memiliki daya tarik dan kemampuan persuasif untuk mengubah presepsi orang lain, sekaligus membangun loyalitas. Selain itu, kemampuan orasinya mampu membangun optimisme serta membakar semangat juang.

Baca Juga: Temui Luhut Pandjaitan, Bamsoet Dorong Konversi Motor Listrik

"Pada masa kepemimpinannya, Presiden Soekarno berhasil membangun semangat revolusi dan nasionalisme yang bermuara pada terwujudnya cita-cita Indonesia merdeka, serta menyatukan Papua Barat ke dalam NKRI. Terbentuknya Gerakan Non Blok pada penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955, menjadi bukti kepiawaian Presiden Soekarno membangun aliansi dan meraih simpati internasional, untuk membebaskan diri dari bayang-bayang hegemoni Barat dan Timur," ujar Bamsoet dalam keterangan tertulisnya, Rabu (10/5/2023).

Dia menuturkan, pada kepemimpinan Presiden Soeharto, dalam 32 tahun masa pemerintahannya, berhasil meletakkan pondasi pembangunan di Indonesia melalui REPELITA, membangun stabilitas sosial-politik, serta mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur.

Dilanjutkan kepemimpinan Presiden BJ Habibie, kata dia, walaupun singkat, namun tidak menafikkan kenyataan bahwa banyak hal yang telah dipersembahkan, khususnya bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan.

"Habibie menjadi orang pertama di dunia yang menemukan teori untuk mengalkulasikan gejala perambatan retakan sayap pesawat terbang secara acak (crack propagation onrandom), sehingga dikenal sebagai Mr. Crack," jelas Bamsoet.

"Kemudian Presiden KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur), dikenal sebagai Presiden yang bergaya kharismatik, senantiasa menonjolkan sikap anti kekerasan dalam mengambil kebijakan, dan menghormati pluralisme," lanjutnya.

Sementara Presiden Megawati Soekarnoputri, kata Bamsoet, merupakan sosok yang memiliki karakter dan kepribadian kuat, menjunjung tinggi adat ketimuran. Selama kepemimpinannya, dikenal tegas dan berpegang teguh pada prinsip berpolitik dengan ideologi, sesuai konstitusi. Tidak heran jika Megawati menolak perpanjangan masa jabatan dan periodisasi presiden. 

Pada masa pemerintahan Presiden Megawati, KPK dibentuk sebagai tindak lanjut atas amanat TAP MPR Nomor VIII Tahun 2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

"Kepemimpinan nasional dilanjutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dikenal sebagai sosok demokratis, serta menghormati kompromi dan konsensus demi menghindarkan sikap otoriter. SBY adalah karakter pemimpin yang mengedepankan sikap kehati-hatian, kecermatan, dan kematangan berpikir sebelum mengambil suatu keputusan. Semasa kepemimpinan SBY, Indonesia berhasil menyelesaikan batas maritim Indonesia dengan 2 negara sahabat, yaitu Singapura dan Filipina," terang Bamsoet.

Presiden Joko Widodo, kata Bamsoet, yang saat ini menjabat untuk periode keduanya, memiliki karakter partisipatif dan karismatik, dekat dengan rakyat. Program pemerataan pembangunan terasa begitu nyata, dengan menggalakan pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa.

Baca Juga: Konflik KKB Papua Kembali Serang TNI Hingga Tewas, Maroef Sjamsoeddin Ungkap yang Harusnya ke Lapangan Itu Polisi

Selain itu, kepedulian pada kehidupan rakyat dimanifestasikan melalui berbagai program bantuan sosial, seperti KIP dan BPJS, yang sangat dirasakan manfaatnya oleh kelompok ekonomi lemah.

"Dari berbagai periodisasi pemerintahan yang telah dilalui, kita dapat mengambil satu benang merah dalam konteks kepemimpinan nasional. Meskipun dihadapkan pada tantangan kehidupan kebangsaan yang beragam dan dinamis, setiap pemerintahan mengadopsi gaya kepemimpinan khas masing-masing. Namun semuanya memiliki satu keseragaman visi yaitu mewujudkan tujuan naional melalui pembangunan untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Hidayat
Editor: Ayu Almas

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: