Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dijatuhkan Lembaga Survei, Erdogan Malah Teratas dengan 49% Suara di Pemilu Turki

Dijatuhkan Lembaga Survei, Erdogan Malah Teratas dengan 49% Suara di Pemilu Turki Kredit Foto: Reuters/Kantor Pers Kepresidenan Turki
Warta Ekonomi, Ankara -

Pemilu Turki 2023 sudah berlangsung pada Minggu (14/5/2023). Hingga kini, penghitungan sementara menunjukkan kandidat pejawat (incumbent) Recep Tayyip Erdogan masih unggul. Hanya saja, suaranya sudah di bawah 50 persen.

Middle East Eye pada Senin (15/5/2023) dini hari WIB, melaporkan, raihan suara Erdogan kini sudah di bawah 50 persen yang berarti kemungkinan Pemilu Turki bisa berlangsung dua putaran. Erdogan yang disebut mengalahkan suara yang dikumpulkan Kemal Kilicdaroglu dan Sinan Ogan.

Baca Juga: Menyelisik Dampak buat Turki Jika Erdogan Tumbang dalam Pemilihan Presiden

Middle East Eye melaporkan merujuk hasil jumlah kotak suara yang dibuka versi Anka yang memiliki afiliasi dengan oposisi, Erdogan meraih 49,02 persen, Kemal Kilicdaroglu 45,2 persen, dan Sinan Ogan 5,3 persen.

Adapun merujuk kantor berita Turki, Anadolu Agency, kotak suara yang sudah dibuka mencapai 89,2 persen. Hasilnya, Erdogan mengumpulkan 49,94 persen, Kilicdaroglu 44,3 persen, dan Ogan 5,3 persen.

Bagaimanapun hasil sementara itu menjungkirbalikkan beberapa lembaga survei yang dihelat sebelum pencoblosan. Rata-rata lembaga survei menempatkan Kilicdaroglu mengungguli Erdogan.

Sebelumnya, pada hari terakhir kampanye kedua kandidat, yaitu Erdogan dan Kilicdaroglu sama-sama mengunjungi lokasi bersejarah.

Jika Erdogan mendatangi Hagia Sophia yang ditaklukkan Sultan Muhammad al-Fatih pada 1451 sebagai penanda kejayaan Ottoman maka Kilicdaroglu mengunjungi Anitkabir, yang merupakan kompleks pemakaman Mustafa Kemal Atatürk, yang disebut pendiri Turki modern dan peletak sekulerisme.

Erdogan Tuding Amerika dan Oposisi Ingin Gulingkannya

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggelar kampanye terakhirnya di Istanbul. Ia menuduh oposisi bekerja sama dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menjatuhkannya dalam pemilihan umum paling menantang selama 20 tahun ia berkuasa.

Dalam kampanyenya selama satu bulan terakhir, Erdogan fokus pada prestasi pemerintah di industri pertahanan dan proyek-proyek infrastruktur. Ia menekankan pemerintahan oposisi akan memundurkan pembangunan.

Salah satu serangannya oposisi menerima perintah dari Barat dan mereka akan tunduk pada Barat bila terpilih. Dalam kampanye di Distrik Umraniye, Istanbul, Sabtu (13/5/2023), Erdogan mengingat kembali pernyataan Biden yang dipublikasikan di surat kabar the New York Times pada Januari 2020 lalu ketika Biden berkampanye dalam pemilihan presiden.

Saat itu Biden mengatakan Washington harus mendukung oposisi Erdogan untuk mengalahkannya dalam pemilihan umum. Ia menekankan Erdogan tidak boleh diturunkan melalui kudeta.

Pada tahun yang sama pernyataan itu menjadi topik paling populer di Twitter di Turki. Ankara menyebutnya sebagai "intervensi."

"Biden memberi perintah untuk menggulingkan Erdogan, saya tahu itu, semua rakyat saya tahu itu, bila itu terjadi, surat suara besok juga akan memberi respons pada Biden," kata Erdogan.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Turki merupakan sekutu lama AS. Washington akan memantau dengan seksama pemilihan hari ini. "Amerika Serikat tidak berpihak dalam pemilihan ini," kata juru bicara itu.

Oposisi Kritik Keras Erdogan yang Didukung Rusia

Pemimpin Partai Rakyat Republik Turki Kemal Kilicdaroglu mengatakan, partainya memiliki bukti konkret tentang intervensi Rusia menjelang pemilihan presiden (pilpres) di negara tersebut yang diagendakan digelar pada 14 Mei 2023. Kilicdaroglu adalah pemimpin oposisi Turki dan penantang utama Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pilpres.

“Kepada teman-teman Rusia, Anda berada di balik montase, konspirasi, konten deep fake, dan rekaman yang diekspose di negara ini kemarin. Jika Anda ingin persahabatan kita berlanjut setelah 15 Mei, singkirkan tangan Anda dari negara Turki. Kami masih mendukung kerja sama dan persahabatan,” tulis Kilicdaroglu lewat akun Twitter pribadinya, Jumat (12/5/2023).

Kilicdaroglu mengungkapkan, jika tidak memiliki bukti, dia tak akan membuat cicitan tersebut di Twitter-nya. “Kami merasa tidak dapat menerima jika negara lain ikut campur dalam proses pemilu Turki untuk mendukung partai politik. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini, itulah mengapa saya membuat kicauan ini secara terbuka melalui tweet,” ujarnya dalam sebuah wawancara.

Kilicdaroglu tak menjelaskan lebih detail tentang konten deep fake, yang disebutnya didalangi Rusia. Moskow belum merespons tuduhan tersebut. 

Pernyataan Kilicdaroglu perihal konten palsu dibuat sehari setelah kandidat lainnya dalam pilpres Turki, yakni Muharrem Ince, memutuskan tak melanjutkan pencalonannya pada Kamis (11/5/2023). 

“Saya mundur dari pencalonan. Saya melakukan ini untuk negara saya,” kata Ince kepada awak media di depan markas partainya, yakni Partai Tanah Air.

PanoramaTR

• Kilicdaroglu: 47,9 persen

• Erdogan: 46,6 persen

• Ogan: 5,6 persen

Survei diadakan dengan 2,738 sampel pada 8-11 Mei 2023 dengan 2,4 persen margin of error.

GEHSC/Globe Elections

Kilicdaroglu: 48,2 persen

Erdogan: 48,2 persen

Ogan: 3,4 persen

ORC

Kilicdaroglu: 51,7 persen

Erdogan: 44,2 persen

Ogan: 2,8 persen

Ince: 1,3 persen (mundur)

600vekil

Kilicdaroglu: 49,3 persen

Erdogan: 47 persen

Ogan: 3,7 persen

Politico

Putaran pertama

Kilicdaroglu: 49 persen

Erdogan: 45 persen

Ince: 2 persen

Ogan: 2 persen

Putaran kedua

Kilicdaroglu: 50 persen

Erdogan: 50 persen

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: