Selain itu, China tampaknya masih berharap untuk mempertahankan hubungannya dengan Rusia. Sebagaimana disampaikan oleh Kevin Rudd, mantan Perdana Menteri Australia, dalam sebuah wawancara dengan CNN, hubungan yang baik dengan Rusia sangat penting bagi China karena China ingin memastikan bahwa tidak terjadi konflik perbatasan di perbatasan Rusia-China agar China dapat melancarkan aktivitas militernya di front lain.
Inilah yang menyebabkan China memilih untuk bersikap abstain alih-alih memberikan dukungan langsung pada Ukraina, atupun turut serta mengutuk Rusia, yang adalah “sahabat”nya. Di lain sisi, China juga terdesak untuk tidak bisa bersikap acuh tak acuh dalam masalah ini bila China ingin memosisikan diri sebagai sebuah negara yang memiliki peran sentral dalam komunitas internasional.
Agar diakui sebagai sebuah kekuatan besar, China perlu memperlihatkan tanggung jawab yang besar pula untuk berperan aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia. Itulah sebabnya, meski bersikap abstain dalam dua resolusi PBB dan memilih untuk tidak mengutuk Rusia, China memperlihatkan upaya mencari solusi diplomatik terhadap invasi Rusia pada Ukraina, antara lain dengan menawarkan diri sebagai penengah.
Namun demikian, sikap China yang seolah-olah netral justru berpotensi memperpanjang konflik di dua negara Eropa di atas. Keengganan China untuk mengutuk Rusia dan sikap abstainnya dalam dua resolusi PBB yang diambil di tahun 2022 dan 2023 sedikit banyak berpotensi memberi angin bagi Rusia.
Sebagai sebuah negara yang diandalkan oleh Rusia, China seyogianya bisa menggunakan pengaruhnya untuk memberikan tekanan lebih bagi Rusia untuk menarik mundur pasukannya, sebelum solusi diplomatik dalam jalur damai yang juga diusulkan oleh China dapat dilaksanakan.
Bila langkah di atas diambil, China akan memperoleh dua keuntungan sekaligus. Pertama, bila berhasil, langkah di atas akan mendemonstrasikan pengaruh China terhadap negara besar lainnya, dalam hal ini adalah Rusia. Kedua, langkah di atas berpotensi memperlihatkan kepada dunia bahwa China merupakan pemangku kepentingan yang bertanggung jawab (responsible stakeholder) dalam masyarakat internasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement