Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tionghoa Muslim Dinilai Pakar Sebagai Bukti Kemampuan Etnis Tionghoa Beradaptasi dan Selalu Berubah

Tionghoa Muslim Dinilai Pakar Sebagai Bukti Kemampuan Etnis Tionghoa Beradaptasi dan Selalu Berubah Kredit Foto: FSI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tionghoa Muslim adalah contoh nyata yang memperlihatkan bahwa etnis Tionghoa telah banyak beradaptasi dengan budaya dan masyarakat lokal, kata Ketua Forum Sinologi Indonesia atau FSI.

“Partisipasi Tionghoa Muslim dalam pelbagai kegiatan kemasyarakatan di Indonesia memiliki peran yang sangat penting bagi upaya memahami etnik Tionghoa di Indonesia,” kata Johanes Herlijanto dalam seminar berjudul "Islam di Kalangan Tionghoa Indonesia", yang diselenggarakan FSI di Jakarta, Selasa (23/5/2023).

Baca Juga: Kuasa Lunak China di Indonesia Jangan Dianggap Remeh, Pakar: Tetap Kritis di Tengah Kegagalannya

Johanes menerangkan, etnis Tionghoa di Indonesia telah beradaptasi dengan baik sehingga dapat memengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai tradisi.

“Tionghoa bukan hanya mampu memengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai tradisi tempatan, namun juga bisa memeluk agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia,” tuturnya.

“Melalui proses adaptasi baik dengan masyarakat setempat maupun dengan agama yang mereka anut, masyarakat Tionghoa Muslim membangun sebuah identitas yang memiliki keunikan tersendiri, yang tentunya sangat berbeda dari budaya dari orang-orang yang tinggal dan hidup di daratan China,” lanjutnya.

Bahkan, bagi Johanes, Tionghoa Muslim bukan hanya telah beradaptasi, tetapi juga membangun interaksi antarbudaya, antara orang Tionghoa dan non-Tionghoa.

Johanes berpendapat bahwa apa yang diperlihatkan oleh Tionghoa Muslim menambah bukti bagi berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para sejarahwan.

Seperti yang telah disimpulkan sejak beberapa dasawarsa lalu oleh Profesor Wang Gungwu, seorang sejarawan yang sangat ahli dalam kajian mengenai Tionghoa perantauan, berbagai penelitian yang telah dilakukan terhadap para migran dari daratan China menunjukan bahwa para migran yang seringkali disebut sebagai Tionghoa perantauan itu adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk selalu berubah dan beradaptasi.

Johanes menerangkan bahwa kemampuan untuk beradaptasi dan berubah di atas juga melekat pada orang-orang Tionghoa Indonesia. Menurutnya, sejak mereka mendiami berbagai pulau di Nusantara, Tionghoa Indonesia telah mengalami proses perjumpaan dengan budaya lokal dan budaya-budaya lain yang mereka temui di tanah tempat mereka tinggal.

Oleh karenanya, Tionghoa Indonesia telah berkembang menjadi kelompok-kelompok yang unik, yang identitas dan budayanya lebih tepat dipahami melalui konsep hibriditas, sebuah konsep yang merujuk pada sebuah kebudayaan mengandung aspek-aspek dari berbagai kebudayaan lain.

Bahkan, menurut Johanes, terdapat budaya yang berbeda-beda antara satu kelompok etnik Tionghoa yang tinggal dan berkembang di sebuah daerah dengan mereka yang tinggal di daerah lain.

Menurut opini Johanes, baik kesimpulan Prof. Wang di atas, maupun kenyataan yang ditemui di kalangan Tionghoa di Indonesia, semestinya cukup untuk meruntuhkan stereotip yang berkembang mengenai orang-orang Tionghoa di Indonesia.

“Salah satunya adalah stereotip yang memandang Tionghoa sebagai kelompok yang berbeda dari kebanyakan Indonesia yang lain karena mereka memiliki tradisi keagamaan yang tidak sejalan dengan agama-agama dari sebagian besar masyarakat Indonesia. Stereotip ini pernah muncul bersamaan dengan pandangan 'sekali China tetap China', dan anggapan bahwa Tionghoa akan tetap setia pada negeri leluhur mereka,” papar Johanes.

Menurutnya, cara berinteraksi Tionghoa Muslim merupakan salah satu bukti yang menunjukan bahwa stereotip negatif di atas adalah salah.

Namun demikian, Johanes mengingatkan bahwa berbagai aktivitas dan peran Tionghoa, termasuk Tionghoa Muslim, yang makin marak dalam dua dasawarsa terakhir, merupakan buah dari munculnya sebuah masyarakat dengan ciri-ciri demokrasi yang kuat di Indonesia, yaitu masyarakat Indonesia di era reformasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Advertisement

Bagikan Artikel: