Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Investor Merapat! Kabar Terbaru soal Resesi Global di Amerika, Miliarder Ini Ungkap Kondisi Terkini Saham dan Obligasi

Investor Merapat! Kabar Terbaru soal Resesi Global di Amerika, Miliarder Ini Ungkap Kondisi Terkini Saham dan Obligasi Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kekhawatiran akan resesi di Amerika Serikat (AS) semakin menakutkan. Terlebih, ditambah dengan adanya indikator ekonomi yang berfluktuasi dan ketegangan geopolitik, resesi global pun kian nampak di depan mata.

Faktor-faktor seperti perselisihan perdagangan, ketidakstabilan politik, dan pergeseran kebijakan moneter berkontribusi pada ketidakpastian, mendorong para ahli untuk memantau situasi dengan cermat untuk tanda-tanda potensi penurunan ekonomi.

Membahas potensi implikasinya, manajer dana lindung nilai miliarder Cliff Asness mengatakan dampak resesi ekonomi AS terhadap saham akan menakutkan.

Baca Juga: Bikin Melongo! Gabungan Kekayaan Miliarder Jeff Bezos dan Tunangannya Bikin Sobat UMR Gigit Jari!

“Jika inflasi tetap lengket atau turun karena kita memasuki resesi nontrivial, ekuitaslah yang menurut saya merupakan tempat yang menakutkan. Harganya tidak terlalu konsisten dengan obligasi,” ujar Asness dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg yang dikutip di Jakarta, Selasa (31/5/23).

Pendiri AQR Capital Management dengan kekayaan bersih USD1,6 miliar (Rp23,9 triliun) ini pun mengatakan bahwa obligasi justru menunjukkan bahwa Federal Reserve akan memulai kampanye pemotongan suku bunga yang agresif di tahun-tahun berikutnya. Ini akan menghasilkan resesi yang parah, tambahnya.

Miliarder itu mengatakan bahwa dalam keadaan mereka saat ini, saham, dan obligasi menunjukkan sinyal yang berlawanan tentang apakah inflasi AS akan mereda dengan sendirinya, mengutip divergensi sebagai kekhawatiran terbesarnya saat ini.

Di sisi lain, AS juga bisa mengalami disinflasi “tak bernoda” yang tidak akan mempengaruhi pertumbuhannya.

Secara umum, selama sekitar satu tahun terakhir, hambatan ekonomi makro yang melibatkan inflasi tertinggi, kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank sentral, dan ketegangan geopolitik, telah berdampak serius pada ekonomi global.

Akibatnya, sebagian besar Komunitas Kepala Ekonom Forum Ekonomi Dunia (WEF) mengatakan awal tahun ini mereka memperkirakan resesi global pada tahun 2023, mengutip dampak signifikan dari tantangan ini di AS, Eropa, dan seluruh dunia.

Hampir dua pertiga ekonom WEF mengatakan resesi global kemungkinan besar terjadi pada tahun 2023, 18% di antaranya mengatakan 'sangat mungkin'. Hanya sepertiga dari para ahli yang disurvei mengatakan mereka tidak melihat resesi global terjadi tahun ini.

Demikian pula, pada minggu lalu, Finbold bertanya kepada Google Bard apakah ekonomi global akan runtuh pada tahun 2023. Alat AI itu mengatakan bahwa menentukan kemungkinan terjadinya itu tidak pasti, meskipun menunjukkan inflasi yang tinggi, perang yang sedang berlangsung di Ukraina, dan peningkatan lintasan suku bunga sebagai faktor kunci yang dapat berkontribusi pada skenario itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Advertisement

Bagikan Artikel: