Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Faisal Basri soal Mobil Listrik dan Industri: Yang Mereka Suarakan adalah Hilirisasi

Faisal Basri soal Mobil Listrik dan Industri: Yang Mereka Suarakan adalah Hilirisasi Ilustrasi Faisal Basri. | Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K

“Yang mereka suarakan adalah hilirisasi,” ujar Faisal. “Karena industrialisasi nggak dapat apa-apa,” sambungnya. 

Masalah hilirisasi dan industrialisasi tengah menjadi pembicaraan Faisal dan Novel dalam kanal Youtube tersebut, hingga berujung pada satu masalah inti, yakni soal keberpihakan pemerintah yang masih negatif terhadap kebijakan produksi dalam negeri. 

Baca Juga: Luhut Suruh Pengkritik Mobil Listrik Menghadap, Faisal Basri: Ini Bukan Masalah Privat

Faisal pun membeberkan soal sektor ekstraktif yang terdiri pertanian dan pertambangan yang rentan dan bergantung pada alam. Idealnya, sektor ekstraktif turun, akan menaikkan pertumbuhan industri. Karena sektor ini hanya mengandalkan lisensi. Namun ketika sektor ekstraktif dijalankan di negara penuh korupsi, industri justru tidak berkembang. 

“Dan itu terjadi di Indonesia. Sektor ekstraktif kian hari kian loyo. Terus-menerus sampai sekarang, peranannya tahun 2002, peran industrinya udah bagus, 31% dari total ekonominya. Sekarang tinggal 18,3%.” 

Alasan turunnya industri karena produksi barang membutuhkan riset, kompetensi, dan inovasi, serta ongkos produksi. Hasilnya, saat ini, ekspor Indonesia saat ini masih rendah, yakni di bawah 50% dan masih berkutat di pertambangan batu bara. 

Faisal pun menceritakan sahabatnya yang bekerja di salah satu produsen permen enting-enting, Garuda Food. Sahabatnya menjelaskan, permen tersebut diproduksi di Cina karena terdapat perbedaan ongkos produksi permen enting-enting di Cina dan Indonesia, mulai dari ongkos bahan baku, pajak penghasilan (PPH), hingga restitusi pajak. 

“Di Indonesia, bisa 30% lebih mahal. Di Cina, impor bahan baku 0, tidak PPH bayar di muka, tidak bayar PPN kalo dia diekspor. Dan kalo dia menghasilkan valas, itu dapat insentif betul. Jadi, setiap perusahaan yang menghasilkan insentif [akan] dapat insentifnya.” 

Baca Juga: Teriak Anti-Oligarki, Manuver Anies Baswedan Cs Malah Tak Sesuai Ekspektasi: Naik Jet Hingga Pulau Pribadi, Munafik

Hingga pembicaraan makin jauh, Faisal menyatakan, Indonesia saat ini menghadapi situasi parah di sektor ekstraktif, khususnya batu bara dan sawit sebab konflik kepentingan. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: