Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Baut Rel Kereta Cepat Dicuri Jelang Uji Coba, Ini Daftar Panjang Kontroversi dan Masalah Proyek KCJB

Baut Rel Kereta Cepat Dicuri Jelang Uji Coba, Ini Daftar Panjang Kontroversi dan Masalah Proyek KCJB Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) kembali menjadi sorotan. Bagaimana tidak, dua bulan jelang uji coba pada Agustus 2023 mendatang, kasus pencurian baut dan kabel tembaga Kereta Cepat terungkap ke publik.

Polres Kabupaten Kawarang mengungkap komplotan kasus dugaan pencurian baut dan kabel tembaga proyek KCJB. Mirisnya, satu dari enam pelaku yang diringkus tersebut merupakan orang dalam yang menjadi petugas keamanan proyek. 

Bersama lima pelaku lainnya, petugas keamanan berinisial KM (27 tahun) berkomplot melakukan pencurian baut dan kabel Kereta Cepat di sekitar Desa Parungmulya, Ciampel, Karawang. Enam pelaku itu melancarkan aksi pencurian saat ada dilakukan pemadaman listrik di jalur kereta cepat tersebut.

Respons PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC)

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai perusahaan yang mengoperasikan jaringan kereta cepat Indonesia rute Jakarta–Bandung sudah membuka suara soal skandal pencurian baut dan kabel tembaga KCJB. Manager Corporate Communication KCIC, Emir Monti, mengecam keras aksi pencurian prasarana KCJB tersebut.

Baca Juga: Perlahan Tapi Pasti, Pengujian Kereta Cepat Jakarta-Bandung Akan Segera Melesat Hingga 385 Km/Jam!

"KCIC mengecam kejadian pencurian ini karena selain merugikan, juga dapat membahayakan perjalanan Kereta Api Cepat jika nantinya sudah beroperasi," tegas Emir dalam keterangan yang diterima Warta Ekonomi, Selasa, 6 Juni 2023 lalu.

KCIC bersama TNI dan Polri kini memperkuat pengamanan proyek KCJB usai insiden tersebut. Emir memastikan bahwa kejadian pencurian prasarana di wilayah Karawang tak mengganggu proses pembangunan KCJB yang dinilai masih berjalan sesuai rencana. Progres pembangunan juga terus digenjot jelang target operasional Agustus 2023 mendatang.

"Testing dan Commissioning terus dilakukan untuk memastikan KCJB dapat beroperasi dengan kecepatan hingga 350 km/jam," tambahnya.

Kontroversi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Aksi pencurian baut dan kabel tembaga hanyalah salah satu contoh skandal proyek kereta cepat. Jauh sebelum kasus pencurian terungkap, proyek KCJB sudah memiliki daftar panjang kontroversi, bahkan sejak awal proyek ini dijalankan. Berikut sejumlah kontroversi seputar Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dihimpin dari berbagai sumber pada Jumat, 9 Juni 2023.

1. Ambisi Jokowi dan Proyek yang Mubazir

Pembangunan infrastruktur menjadi prestasi yang amat dibanggakan oleh pemerintahan Presiden Jokowi selama dua periode terakhir, termasuk salah satunya melalui proyek KCJB.

Indonesia menggandeng China sebagai mitra dalam pembangunan proyek KCJB. Rangkaian kereta cepat Electric Multiple Unit (EMU) dikirim dari China ke Indonesia oleh China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC). Proyek KCJB direncanakan akan melakukan perjalanan darat sejauh 160 km dari Jakarta menuju Bandung.

Kendati demikian, proyek tersebut sejak awal sudah diliputi permasalahan. Bahkan, penolakan lantang disuarakan karena proyek ini dinilai hanya menjadi proyek ambisius Presiden Jokowi. Bahkan, mantan Menteri Perhubungan RI, Ignasius Jonan, menyebut proyek KCJB ini sebagai proyek yang mubazir. Kritikan demikian juga disampaikan oleh pengamat politik dan akademisi, Rocky Gerung.

"Ini ambisi pemerintah untuk memperlihatkan kita punya teknologi tinggi yaitu Kereta Cepat Jakarta Bandung. Yang gak ada gunanya buat rakyat dan yang pasti dalam 10-12 tahun ke depan itu udah punah teknologi (kereta cepat), berganti dengan teknologi yang lain," lantangnya.

Diketahui, KCJB akan menggunakan teknologi generasi terbaru CR400AF dengan panjang trase mencapai 142,3 km. Kereta cepat ini difasilitasi dengan empat stasiun pemberhentian, yaitu Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar.

2. Proyek Mangkrak, Biaya Membengkak

Tahun 2015 menjadi tonggak awal proyek pembangunan Kereta Cepat jakarta-Bandung. Selama hampir satu dekade, proyek kebanggaan Jokowi itu belum juga rampung dan tak ada yang bisa memastikan kapan akan benar-benar beroperasi.

Pembangunan terus dikebut setelah beberapa kali terhambat dan molor dari target yang ditetapkan. 

Linimasa Pembangunan Kereta Cepat

- 2015: Pendirian PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) pada 16 Oktober 2015.

- 2016: Peletakan batu pertama oleh Presiden Jokowi pada 21 Januari 2016 di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

- 2017: Kesepakatan pembiayaan prasarana dan sarana antara PT KCIC dan China Development Bank oleh Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping di Beijing, China.

- 2018: Penandatanganan kontrak kerja sama dengan Cars Dardela Joint Operation sebagai pengawas konstruksi KCJB.

- 2019: Keterlibatan tim Task Force secara intensif

- 2020: Progres pembangunan KCJB mencapai 65,7%

- 2021: Kunjungan pertama Presiden Jokowi ke lokasi Casting Yard 1 dan Tunnel 1 KCJB

- 2022: Progres pembangunan 88,8%

- 2023: KCIC direncanakan memulai operasi komersial penuh KCJB pada 18 Agustus 2023

Sejatinya, KCJB sudah beberapa kali mengalami kemunduran target operasi. Terakhir kali, KCJB direncanakan mulai beroperasi secara komersial pada Juni 2023, namun kemudian diundur menjadi Agustus 2023. Di tengah kabar pencurian baut dan kabel tembaga, KCJB dikabarkan batal beroperasi pada Agustus mendatang.

Melansir dari Reuters, Kemenhub bersama tiga konsultan proyek KCJB menolak proyek bernilai US$7,3 miliar itu beroperasi sesuai target KCIC pada Agustus 2023. Kemenhub dan konsultan menyarankan bahwa operasi penuh KCJB dapat dimulai pada Januari 2024 mendatang. Kendati demikian, Emir Monti mengatakan bahwa soft launching KCJB akan dilakukan pada Agustus 2023.

Di tengah ancaman proyek yang mangkrak, Indonesia harus menelan pil pahit dari bengkanya biaya pembangunan KCJB. Belum lama ini, pemerintah Indonesia dan China menyepakati angka pembengkakan biaya proyek KCJB sebesar US$1,2 miliar. Untuk menambal pembengkakan tersebut, Indonesia tengah bernegosiasi dengan China terkait pinjaman sebesar US$560 juta.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Advertisement

Bagikan Artikel: