Sampah plastik menjadi permasalahan lingkungan yang serius di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tidak hanya bagi keberlangsungan hidup manusia di darat, masalah sampah plastik juga mengancam ekosistem laut.
World Population Review memperkirakan bahwa setiap tahunnya ada sekitar 4,8 hingga 12,7 juta metrik ton sampah plastik masuk ke laut. Menurut laporan World Population Review pada tahun 2021, Indonesia menempati posisi kelima sebagai negara penyumbang polusi sampah plastik laut terbesar di dunia.
Baca Juga: Ciptakan Ekosistem Daur Ulang Sampah untuk Wujudkan Ekonomi Sirkular
Lima Negara Teratas Penyumbang Sampah Plastik ke Laut Tahun 2021
1. Filipina: 356.371 ton
2. India: 126.513 ton
3. Malaysia: 73.098 ton
4. China: 70.707 ton
5. Indonesia: 56.333 ton
Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh University of Oxford pada 18 Januari 2023 menunjukkan hasil yang lebih memilukan. Bagaimana tidak, sampah plastik asal Indonesia rupanya tak hanya cukup sampai di negara sendiri, tetapi juga terdampar jauh hingga ke Afrika.
Melansir dari Africa Pers, para peneliti mengatakan bahwa sampah plastik dari Indonesia berlayar hingga pantai-pantai di Seychelles, Afrika dan pulau-pulau lain di Samudera Hindia bagian barat. Selain Indonesia, Sri Lanka dan India juga menjadi dua negara yang 'mengekspor' sampah plastik ke wilayah Seychelles.
"Temuan utama bahwa Indonesia, India, dan Sri Lanka adalah salah satu sumber utama sampah plastik berbasis darat di pantai Seychelles, terutama sampah berukuran sedang-besar yang memiliki daya apung tinggi, seperti tutup botol, sandal, botol, dan barang rumah tangga kecil," ungkap peneliti, dilansir pada Senin, 19 Juni 2023.
Selain itu, para peneliti menyebut bahwa sampah plastik yang datang dari Indonesia akan berada di laut setidaknya selama enam bulan, bahkan ada pula yang lebih dari dua tahun.
"Tingkat akumulasi sampah plastik menunjukkan pengaruh musiman yang kuat, di mana sampah plastik kemungkinan besar mendarat di pantai Seychelles menjelang akhir musim barat laut antara bulan Maret dan April, baik dari sumber darat maupun laut," jelas peneliti.
Peristiwa El Nino–Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD/Indian Nino) juga dinilai turut memperkuat temuan akumulasi sampah plastik tersebut. Para peneliti mencatat bahwa polusi sampah plastik menjadi ancaman lingkungan yang signifikan, baik untuk ekosistem laut maupun masyarakat yang berganting pada laut, makanan, pariwisata, dan kegiatan ekonomi lainnya.
"Puing-puing (sampah plastik) yang hanyut dari sumber yang jauh juga meningkatkan risiko penyebaran spesies dan penyakit invasif," tambahnya.
Temuan Sampah Plastik Asal Indonesia di Afrika oleh Tim Peneliti LIPI
Jauh sebelum adanya temuan peneliti dari University of Oxford, tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada pertengahan tahun 2015 telah lebih dulu melakukan penelitian dengan memasang 11 drifter (pelacak lokasi berukuran mini) di sampah yang mengalir dari sembilan sungai di Jakarta.
Dalam pemantauan yang dilakukan selama setahun, diketahui bahwa salah satu sampah tersebut hanyut hingga ke Afrika Selatan yang jaraknya lebih dari 9.000 km atau hampir dua kali lipat jarak dari Sabang ke Merauke. Sementara sampah lainnya tersangkut masih di wilayah Indonesia, yakni 2 drifter tersangkut di Pulau Bengkulu, 4 di Kepulauan Seribu, dan 4 lainnya di pantai di Jawa Barat.
"Dan satu drifter nyasar sampai ke Afrika Selatan," ungkap peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, yang turut andil dalam proyek penelitian itu, dilansir dari detikX, Senin, 19 Juni 2023.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait:
Advertisement