Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Memasuki Gerbang Ekonomi Sirkular untuk Masa Depan Cerah

Memasuki Gerbang Ekonomi Sirkular untuk Masa Depan Cerah Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Coca-Cola Indonesia melakukan terobosan besar dengan meluncurkan kemasan botol yang terbuat dari 100% plastik PET daur ulang (rPET). Langkah besar tersebut mengantarkan Coca-Cola masuk ke dalam pintu gerbang ekonomi sirkular di Indonesia.

Sudah sejak lama Indonesia menderita masalah serius terkait persoalan sampah plastik. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat komposisi sampah plastik terhadap total sampah nasional terus mengalami peningkatan dari 11 persen pada tahun 2010 menjadi 17 persen pada 2021.

Adapun menurut laporan World Population Review pada tahun 2021, Indonesia menempati posisi kelima sebagai negara penyumbang polusi sampah plastik laut terbesar di dunia.

Jika tidak ditangani dengan serius, sampah plastik akan menghasilkan bencana bagi Indonesia. BRIN memprediksi bahwa pada tahun 2050 mendatang jumlah ikan di lautan akan lebih sedikit daripada jumlah plastik, yakni tiga sampah plastik berbanding dengan satu ikan.

Guna mengatasi persoalan tersebut, Coca-Cola Indonesia meluncurkan botol 100% rPET. Kemasan rPET tersedia untuk merek Coca-Cola Trademark, Fanta, Sprite dalam kemasan 390ml, dan Sprite Waterlymon dalam kemasan 425ml.

Presiden Direktur Coca-Cola Indonesia, Julio Lopez, mengatakan pihaknya memiliki komitmen terhadap visi World Without Waste, yang mencakup tujuan untuk menggunakan setidaknya 50% plastik daur ulang dalam kemasan pada tahun 2030. Coca-Cola juga memiliki komitmen untuk membantu mengumpulkan setara dengan setiap kaleng dan botol yang dijual pada tahun 2030.

Dengan peluncuran botol yang terbuat dari 100% rPET, Coca-Cola memberikan kontribusi terhadap pengurangan ketergantungan pada plastik baru dan menurunkan emisi karbon dalam proses produksi.

"Botol kami memiliki nilai lebih dari penggunaan pertama karena dapat digunakan berulang kali," katanya di Jakarta, Jumat (16/6/2023).

Perlu diketahui, botol 100% rPET Coca-Cola diproduksi di fasilitas daur ulang baru di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Amandina Bumi Nusantara, yang didirikan dalam kemitraan antara Coca-Cola Europacific Partner Indonesia dan Dynapack Asia.

Fasilitas tersebut memproses botol PET bekas pakai (pascakonsumsi) yang bersumber dari pasokan lokal dan mengubahnya menjadi botol baru untuk merek Coca-Cola. Pabrik daur ulang ini juga berkolaborasi dengan Mahija Parahita Nusantara, yayasan sosial nirlaba yang mendukung penciptaan infrastruktur pengumpulan melalui pengembangan usaha mikro pengumpulan dan berpusat pada usaha sosial serta dukungan masyarakat.

Mahija Parahita Nusantara menyediakan bahan baku untuk fasilitas daur ulang dan juga mendukung komunitas pemulung informal dengan pekerjaan yang stabil serta membuka akses terhadap layanan sosial.

Bersama-sama, Coca-Cola dan mitra lokal di Indonesia membantu membangun infrastruktur rantai pasokan loop tertutup untuk meningkatkan daur ulang dan pengumpulan PET, serta membantu memastikan bahan baku untuk botol plastik Coca-Cola sehingga dapat digunakan berulang kali.

Kerja Kolaboratif

Lopez mengakui perlu kerja kolaboratif guna mengatasi persoalan sampah plastik di Indonesia. Kerja kolaboratif tersebut yang akan mampu mewujudkan cita-cita pemerintah Indonesia untuk mengurangi sampah sebesar 30% dan mengurangi sampah laut sebesar 70% pada tahun 2025 mendatang.

"Di Coca-Cola, kami menyadari urgensi dan kompleksitas tantangan sampah plastik di Indonesia. Tidak ada entitas tunggal yang dapat mengatasi tantangan ini sendirian," tegasnya.

Ia menambahkan, Coca-Cola juga memanfaatkan kekuatan serta jangkauan merek untuk secara aktif melibatkan konsumen dalam inisiatif daur ulang dan membangun kesadaran tentang potensi luar biasa mengubah botol plastik menjadi baru.

"Coca-Cola percaya bahwa bersama-sama, kita dapat membuat dampak yang signifikan dalam melestarikan lingkungan untuk generasi mendatang," tegasnya.

Hal senada disampaikan oleh pengamat kebijakan publik dan lingkungan, Agus Pambagyo, yang menyebutkan bahwa kontribusi aktif konsumen memiliki peran besar dalam mengatasi persoalan sampah plastik di Tanah Air. 

"Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan sekaligus budaya memilah sampah menurut saya sangat penting. Kerja kolaboratif ini yang akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: