Hapus Stigma Batik Pencemar Lingkungan, Batik Paradise Miliki Sertifikasi Industri Hijau Pertama
Stigma industri batik tidak ramah lingkungan saat ini tidaklah tepat. Pasalnya, saat ini beberapa industri batik telah memperbaiki pengelolaan limbah. Salah satunya, batik paradise menjadi satu-satunya Industri Kecil Menengah (IKM) produsen batik yang telah memiliki sertifikasi industri hijau.
General Manager (GM) Muhammad Anwar Karim mengatakan, salah satu faktornya ialah penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Hal ini penting dilakukan mengingat sekitar pabrik terdapat irigasi aktif pertanian serta kolam ikan yang tidak mungkin dicemari oleh limbah pabrik.
Baca Juga: Terapkan Standar Hijau, Industri Batik Nasional Berdaya Saing Global
Dalam hal ini, batik paradise dapat memaksimallkan pembuangan limbah cair, residu, dan limbah padat tanpa mencemari lingkungan. "Karena persawahan disini digali tiga meter sudah ketemu air, kalau kami buang limbah memakai metode sumur resapan air tetangga akan berwarna semua," terang dia saat menjelaskan di pabrik batik paradise, Kamis (22/6/2023).
Dia menuturkan, pencapaian batik paradise sebagai industri hijau tahun 2021 tidak lepas dari bimbingan balai batik dan asosiasi serta IKM batik dari Jember, Klaten, Pekalongan, dan lainnya. "Penerapan IPAL dimulai tahun 2018 dan kami terus konsisten. Balai batik dorong kami ikut sertifikasi hijau," kata dia.
Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Kementerian Perindustrian, Tirta Wisnu Permana, mengatakan, salah satu industri batik nasional yang telah mendapatkan Sertifikat Industri Hijau adalah Paradise Batik yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta. Produsen batik ini meraih penganugerahan Sertifikat Industri Hijau pada tahun 2021 (SIH 13134:2019) yang juga menjadi sektor IKM pertama di Indonesia yang meraih penghargaan tersebut.
Perusahaan telah menerapkan prinsip 3R mulai dari proses produksi sampai produk diterima oleh konsumen. Misalnya, penggunaan kompor batik listrik dan juga kompor batik berbahan bakar LPG untuk membatik, mengganti lampu TL (neon) menjadi lampu LED, sehingga terjadi efisiensi pemakaian energi.
Selain itu, perusahaan telah memiliki IPAL mandiri, limbah berupa kain sisa dimanfaatkan kembali menjadi produk bernilai tambah (sustainable product) dengan tujuan zero waste, pengolahan kembali lilin malam dengan nilai recycle sebanyak 95%, serta penerapan kualitas kontrol di setiap proses produksi yang bertujuan unyuk meminimalkan produk rusak sehingga efisiensi hasil produksi mencapai 95%.
Dalam upaya penerapan industri hijau, Paradise Batik merasakan beberapa manfaatnya, antara lain efisiensi bahan baku, energi dan air sehingga ada penghematan dibandingkan sebelum penerapan Industri hijau. Selain itu, efisiensi proses produksi yang sesuai SOP dan instruksi kerja sehingga mengurangi waktu tunggu produk, meminimalisasi limbah dan emisi yang dihasilkan, serta peningkatan daya saing produk.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait:
Advertisement